إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ،
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أما بعد،
Allahu akbar… allahu akbar… laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd…
Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.
Kedudukan Orangtua Dalam Islam
Di dalam Islam berbakti kepada orang tua adalah ibadah yang sangat istimewa. Berikut ini bukti-buktinya:
1. Allah menggabungkan perintah berbakti kepada orang tua dengan perintah yang paling mulia; yaitu mentauhidkan Allah.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa…. (QS. An-Nisa: 36)
2. Allah menggabungkan antara perintah berterimakasih kepada kedua orangtua dengan perintah syukur kepadaNya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14)
3. Di saat perintah berbakti kepada kedua orangtua disandingkan dengan perintah yang paling mulia yaitu mentauhidkan Allah, maka larangan durhaka kepada kedua orangtua juga disandingkan dengan larangan yang paling berbahaya dan paling besar, yaitu syirik.
Dari Abu Bakrah radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ ثلاثا: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ. فَمَا زَالَ يَقُولُهَا حَتَّى قُلْتُ: لَا
يَسْكُتُ
“Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar? Kami menjawab; “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau mengulanginya tiga kali seraya bersabda: “Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua.” -ketika itu beliau tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: “Perkataan dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Beliau terus saja mengulanginya hingga saya mengira (khawatir) beliau tidak akan diam.” (HR. Bukhori)
4. Berbakti kepada orangtua lebih utama daripada jihad.
ShahabatAbdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Beliau menjawab,
الصلاة على وقتها
“Shalat pada waktunya.”
Aku bertanya kembali, “Kemudian apa lagi ya Rasululullah?”
بر الوالدين
“Berbakti kepada kedua orangtua.” Jawab Nabi.
Kemudian apa lagi?’.
Beliau menjawab,
الجهاد في سبيل الله
“Lalu berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari).
Dalam hadis yang lain diterangkan seorang yang izin kepada Nabi agar bisa ikut berjihad bersama beliau:
يا رسول الله إني جئت أريد الجهاد معك أبتغي وجه الله والدار الآخرة ولقد أتيت وإن والدي ليبكيان قال فارجع إليهما فأضحكهما كما أبكيتهما
“Ya Rasulullah aku menemui Anda untuk dapat diperkenankan ikut berjihad bersama Anda. Aku mengharap wajah Allah dan kampung akhirat. Aku datang dalam keadaan kedua orangtuaku menangis”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Kembalilah kepada kedua orangtuamu buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka berdua menangis.” (HR. Ibnu Majah)
4. Berbakti kepada kedua orangtua sebab masuk surga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka.”
Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, ”Sungguh celaka seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)
Allahu akbar… allahu akbar… laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd…
Kaum muslimin yang kami muliakan.
(Makna Kama Robbayani Shoghiro)
Sebuah kalimat suci yang selalu kita panjatkan dalam doa kita untuk orangtua adalah Kama Robbayani Shoghiro “Sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu kecil.”
Kalimat suci ini disebut di dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 24:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Rendahkan kepakan sayapmu dengan penuh kelembutan dan sayang saat berinteraksi denga orangtua. Lalu ucapkanlah: “Ya Tuhanku, kasihilah kedua orangtuaku, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil”.
Ada suatu pengetahuan yang menarik dari ayat yang mulia ini, yaitu di saat Allah mengkinayahkan bersikap rendah hati/tawadu’ kepada orang tua dengan burung yang merendahkan kepakan sayapnya. Mengapa sikap rendah hati/tawadu’ kepada orang tua dikinayahkan dengan burung yang merendahkan kepakan sayapnya?
Imam Al-Qoffal berusaha menjelaskannya: Sebabnya ada dua:
1. Di saat burung hendak mengajari anak-anaknya, maka ia akan merendahkan kepakan sayapnya. Ini menunjukkan merendahkan kepakan sayap adalah kinayah baiknya pendidikan orantua kepada anak-anaknya. Pelajaran dari sini untuk Anda wahai para anak, sebagaimana dahulu orangtuamu berisikap sangat rendah hati di saat mendidik kalian ketika kalian masih kecil, maka sekarang giliran kalian yang harus bersikap rendah hati kepada orangtua.
2. Ketika burung hendak terbang, ia akan angkat kepakan sayapnya, lalu saat hendak turun, ia akan berhentikan kepakan sayapnya. Sehingga ungkapan burung yang merendahkan kepakan sayapnya cocok digunakan sebagai kinayah sikap tawadu’/rendah hati (Tafsir Al-Wasith).
Kami tambahkan keterangan ketiga: kinayah ini mengandung pelajaran hendaknya anak amat mudah bersikap rendah hati kepada orangtuanya, sebagaimana burung yang sangat mudah mengendalikan sayapnya untuk berhenti mengepak. Dalam jenis bacaan lain yang bersumber dari sahabat Sa’id bin Jubair, Ibnu Abbas dan Urwah bin Zubair, Az-Dzull dibaca Az-Dzill. Az-Dzill maknanya,
دابة ذلول بينة الذل
Hewan yang sangat jinak dan penurut.
Allahu akbar… allahu akbar… laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd…
Jama’ah shalat Id yang dirahmati Allah…
Makna ini memberikan pelajaran kepada para anak, untuk tidak susah bersikap rendah hati kepada orangtuanya, serta menampakkan sikap rendah hati yang terbaik melalui ucapan, pandangan mata dan tindakan. Sebagaimana sikap ini mampu ditampakkan oleh hewan yang sangat jinak kepada tuannya (Tafsir Al-Qurtubi).
Selain sikap rendah hati kepada orangtua, Allah perintahkan supaya menyertakan sikap rahmat, rahmat di sini maknanya: kelembutan dan kasihsayang. Makasudnya bersikaplah rendah hati kepada orangtua karena mengharap pahala dari Allah, bukan karena takut dimarahi orantua atau berharap dunia yang ada di tangan mereka, atau karena motiv lainnya yang dapat menyebabkan seorang tidak mendapat pahala dari ibadahnya.” (Tafsir As-Sa’di)
Bersikap santun kepada kedua orangtua diekspresikan dengan cara tidak memandang orangtua dengan pandangan tajam, tidak mengangkat suara di hadapan orangtua serta dengan segala tindakan yang mengekspresikan sikap tawadu’ kepada mereka (Tafsir Al-Wasith, Tafsir Ibnu Katsir).
Allahu akbar… allahu akbar… laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd…
Jama’ah shalat Idul Fitri yang berbahagia….
(Pelajaran dari Kama Robbayani Shoghiro)
Kalimat doa suci ini sangat menarik, di saat Allah mengajarkan doa kepada para anak untuk mendoakan rahmat untuk kedua orangtuanya, Allah jelaskan sebuah alasan, “sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu kecil”. Mengapa “mendidikku di waktu kecil?” Bukan mendidik di saat telah dewasa?! Bukankah mendidik adalah aktivitas di sepanjang waktu, tak hanya di waktu kecil saja?! Ini sangat menarik, tentu ini menunjukkan hikmah yang sangat indah di baliknya. Ada sejumlah pelajaran dari kalimat suci pada Kama Robbayani Shoghiro “sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu kecil”:
1. Mendidik anak adalah ungkapan kasih sayang yang paling dalam dan bermakna dari orangtua kepada anaknya.
Bukan uang yang membuat anak merasakan kasih sayang orangtua, tapi momentum-momentum saat para ayah dan para Ibu mengajari shalat anak-anaknya, mengajari Al Quran, memberikan teladan yang baik kepada anak, memberikan inspirasi dan motivasi yang akan menjadi bekal hidup anak-anaknya. Saat sang anak mendapatkan pendidikan, itulah kasihsayang paling berkesan yang mereka rasakan dari orangtua.
2. Upaya mendidik anak yang dilakukan orangtua adalah kenangan yang paling berkesan dirasakan anak.
Kita semua adalah sebagai anak. Dan kita semua merasakan kenangan yang paling berkesan dari orangtua kita adalah saat mereka mengajarkan kebaikan-kebaikan kepada kita. Oleh karenanya banyak para anak yang berkesan kepada pengajaran dari ayah ibunya, saat mereka mengatakan, “Kata ayah ku… Kata Ibu ku… Ayahku seperti ini…. Ibuku seperti ini…” Kalimat-kalimat yang mereka ucapkan saat menyampaikan filosofi/prinsip hidup.
3. Pentingnya mendidik anak di masa kanak-kanak mereka.
Para ahli parenting di zaman modern ini menyebut masa kanak-kanak adalah sebagai Golden age, yaitu periode emas dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, sebagai tahapan yang paling penting untuk mendidik anak.
Golden age adalah periode yang sangat penting dan perlu diperhatikan khusus oleh orang tua. Pada golden age otak bertumbuh secara maksimal, begitu pula pertumbuhan fisik. Selain itu, pada masa tersebut juga terjadi perkembangan kepribadian anak dan pembentukan pola perilaku, sikap, dan ekspresi emosi. Jika berbagai kebutuhan anak diabaikan pada golden age, anak dikhawatirkan mengalami tumbuh kembang yang kurang optimal.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ
الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا
عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
****
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com