Apa yang Dimaksud Dukhon Tanda Kiamat?

Bismillah

Di saat sahabat Hudzaifah bin Usaid beserta sejumlah sahabat lainnya, sedang ngobrol tentang hari kiamat, Nabi ﷺ datang mendekati mereka, kemudian menanyakan,

ﻣﺎ ﺗﺬﻛﺮﻭﻥ؟

Sedang mengingat apa kalian?”

ﻧﺬﻛﺮ اﻟﺴﺎﻋﺔ

“Kami sedang bersama mengingat tentang hari kiamat…” Jawab Hudzaifah.

Mengingat tema yang sedang diobrolkan tentang kiamat, ini menjadi mementum yang pas bagi Nabi ﷺ menyampaikan ilmu tentang hari kiamat. Beliau bersabda,

ﺇﻧﻬﺎ ﻟﻦ ﺗﻘﻮﻡ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﻭا ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻋﺸﺮ ﺁﻳﺎﺕ، ﻓﺬﻛﺮ اﻟﺪﺧﺎﻥ، ﻭاﻟﺪﺟﺎﻝ، ﻭاﻟﺪاﺑﺔ، ﻭﻃﻠﻮﻉ اﻟﺸﻤﺲ ﻣﻦ ﻣﻐﺮﺑﻬﺎ، ﻭﻧﺰﻭﻝ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ، ﻭﻳﺄﺟﻮﺝ ﻭﻣﺄﺟﻮﺝ، ﻭﺛﻼﺛﺔ ﺧﺴﻮﻑ، ﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﺸﺮﻕ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﻐﺮﺏ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺠﺰﻳﺮﺓ اﻟﻌﺮﺏ، ﻭﺁﺧﺮ ﺫﻟﻚ ﻧﺎﺭ ﺗﻄﺮﺩ اﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻰ ﻣﺤﺸﺮﻫﻢ

Kalian tidak akan pernah melihat hari kiamat sehingga kalian melihat 10 pertandanya. Yaitu munculnya Dukhon (asap), Dajjal, dabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Yajuj Majuj, tiga musibah terbenamnya tanah yaitu di tanah Timur, di tanah barat dan di Jazirah Arab dan akhir dari pertanda kiamat tersebut adalah terdapat api yang menggiring umat manusia pada tempat di mereka bangkitkan”. (HR. Muslim)

Hadis inilah penafsir atau penjelas untuk ayat,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٖ مُّبِينٖ
يَغۡشَى ٱلنَّاسَۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٞ

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (QS. Ad-Dukhan: 10 – 11)

(Lihat penjelasannya di Tafsir Ibnu Katsir 7/245- 247, Tafsir Qurtubi 19/105-107)

Secara bahasa dukhon bermakna asap. Lantas dukhon yang bagaimana yang menjadi salahsatu tanda kiamat? Apakah asap meteor seperti kata seorang penceramah akhir zaman? Atau asap gunung meletus atau asap yang bagaimana?

Mari kita bahas di sini pada pembaca yang dimuliakan Allah…

Makna Dukhon

Ada perbedaan pendapat ulama tentang dukhon yang dimaksud :

Pendapat pertama, dukhon yang dimaksud adalah kabut yang menimpa kaum Quraisy.

Yaitu kabut yang terjadi saat mereka ditimpa kekeringan dan kelaparan, karena doa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, disebabkan kesombongan mereka kepada ajaran Allah. Ketika mereka melihat ke langit, tergambar di mata mereka seakan berkabut, akibat lapar yang sangat.

Pendapat ini dipilih oleh sahabat Ibnu Mas’ud. Kemudian diikuti oleh sejumlah ulama. (Tafsir Ibnu Katsir 7/247)

Dinilai kuat oleh Imam Ibnu Jarir At-Thobari.

Imam Bukhari menyebutkan riwayat sahabat Ibnu Mas’ud tentang ini. Ketika seorang dari Kindah berbicara tentang dukhon, “Nanti di hari kiamat akan muncul dukhon yang akan menulikan pendengaran orang-orang munafik dan membutakan mata mereka.”

Mendengar ucapan ini, sahabat Ibnu Mas’ud marah,

” من علم فليقل، ومن لم يعلم؛ فليقل : الله أعلم؛ فإن من العلم أن يقول لما لا يعلم: لا أعلم؛ فإن الله قال لنبيه : ” قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنْ الْمُتَكَلِّفِينَ (86) ”  [ص: 86] وإن قريشًا أبطؤوا عن الإسلام، فدعا عليهم النبي صلى الله عليه وسلم فقال : ” اللهم أعني عليهم بسبع كسبع يوسف “، فأخذتهم سنة حتى هلكوا فيها، وأكلوا الميتة والعظام، ويرى الرجل ما بين السماء والأرض كهيئة الدُّخان.

“Siapa yang tahu ilmunya, silahkan bicara. Namun siapa tidak tahu, maka katakan saja “Allahua’lam (Allah lebih yang tahu)”. Karena Allah pernah berfirman kepada NabiNya,

قُلۡ مَآ أَسۡـَٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ مِنۡ أَجۡرٖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُتَكَلِّفِينَ

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada. (QS. Shad : 86)

Dahulu orang-orang Quraisy lambat menerima Islam. Lantas Nabi ﷺ mendoakan keburukan untuk mereka.

“Ya Allah tolonglah aku atas perlawanan mereka dengan masa paceklik yang pernah menimpa Nabi Yusuf.”

Akibat doa ini, mereka ditimpa kekeringan dan kelaparan selama satu tahun. Sampai membinasakan mereka. Mereka sampai memakan bangkai dan tulang belulang. Orang-orang ketika itu, memandangi langit seperti kabut.”

Kesimpulannya menurut pendapat ini, dukhon adalah asap berupa khayalan di pandangan mata saja. Bukan asap yang nyata.

Pendapat kedua, dukhon yang dimaksud adalah asap tanda kiamat yang akan muncul mendekati kiamat.

Pendapat ini dipegang oleh Ibnu Abbas dan sebagian sahabat dan taabi’in.

Dari Ibnu Abi Mulaikah, dia berkata, “Suatu hari, aku menemui Ibnu Abbas di waktu pagi. Dia berkata,

ما نمت الليلة حتى أصبحت

“Aku tidak tidur tadi malam hingga subuh.”

Aku bertanya, “Mengapa?”

Beliau bercerita,

طلع الكوكب ذو الذنب، فخشيت أن يكون الدُّخان قد طرق، فما نمت حتى أصبحت

“Bintang berekor telah terbit. Aku khawatir dukhan telah muncul. Ini yang membuatku tidak bisa tidur hingga subuh.” (HR. Hakim)

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan status riwayat di atas sebagai riwayat yang shahih,

وهذا إسنادُ صحيح إلى ابن عباس حبر الأمة، وترجمان القرآن، وهكذا قول من وافقه من الصحابة والتابعين أجمعين، مع الأحاديث المرفوعة من الصحاح والحسان وغيرها

“Ini adalah sanad yang shahih sampai kepada Ibnu Abas tintanya umat, penerjemah Al-Qur`an. pendapat ini juga disepakati oleh sejumlah sahabat dan tabi’in. Didukung oleh hadits-hadits shahih maupun hasan dan lainnya.” (Tafsir Ibnu Katsir 7/249)

Pendapat yang Kuat

Wallahua’lam, pendapat yang kuat adalah pendapat kedua. Dukhon adalah asap yang akan muncul sebelum tiba hari kiamat, sebagai tanda kiamat besar. Alasannya adalah berikut :

Pertama, firman Allah ta’ala,

يَغۡشَى ٱلنَّاسَۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٞ

Kabut itu meliputi seluruh manusia. Inilah azab yang pedih.” (QS. Ad-Dukhon: 11)

Allah mengabarkan dalam ayat ini, kabut tersebut akan meliputi seluruh manusia. Jika kabut itu hanya menimpa kaum Quraisy, maka tidak disebut meliputi seluruh manusia. Karena hanya menimpa sekelompok orang saja.

Sebagaimana keterangan dari Imam Ibnu Katsir rahimahullah,

يَغْشَى النَّاسَ ” أي : يتغشَّاهم ويعمُّهم، ولو كان أمرًا خياليًا يخصُّ أهل مكة المشركين؛ لما قيل فيه : “يَغْشَى النَّاسَ

Kabut itu meliputi manusia.” Maksudnya meliputi seluruh mereka dan menimpa manusia pada umumnya. Kalau seandainya yang dimaksud dukhon itu hanyalah asap khayalan yang menimpa kaum musyrikin penduduk Makkah saja, maka tentu tidak akan disebut meliputi manusia. (Tafsir Ibnu Katsir 7/249-250)

Kedua, Nabi ﷺ menyebut dukhon sebagai tanda kiamat besar.

ﺇﻧﻬﺎ ﻟﻦ ﺗﻘﻮﻡ ﺣﺘﻰ ﺗﺮﻭا ﻗﺒﻠﻬﺎ ﻋﺸﺮ ﺁﻳﺎﺕ، ﻓﺬﻛﺮ اﻟﺪﺧﺎﻥ، ﻭاﻟﺪﺟﺎﻝ، ﻭاﻟﺪاﺑﺔ، ﻭﻃﻠﻮﻉ اﻟﺸﻤﺲ ﻣﻦ ﻣﻐﺮﺑﻬﺎ، ﻭﻧﺰﻭﻝ ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ، ﻭﻳﺄﺟﻮﺝ ﻭﻣﺄﺟﻮﺝ، ﻭﺛﻼﺛﺔ ﺧﺴﻮﻑ، ﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﺸﺮﻕ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺎﻟﻤﻐﺮﺏ، ﻭﺧﺴﻒ ﺑﺠﺰﻳﺮﺓ اﻟﻌﺮﺏ، ﻭﺁﺧﺮ ﺫﻟﻚ ﻧﺎﺭ ﺗﻄﺮﺩ اﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻰ ﻣﺤﺸﺮﻫﻢ

“Kalian tidak akan pernah melihat hari kiamat sehingga kalian melihat 10 pertandanya. Yaitu munculnya dukhon (asap), Dajjal, dabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam, Yajuj Majuj, tiga musibah terbenamnya tanah yaitu di tanah Timur, di tanah barat dan di Jazirah Arab dan akhir dari pertanda kiamat tersebut adalah terdapat api yang menggiring umat manusia pada tempat di mereka bangkitkan”. (HR. Muslim)

Menunjukkan kemunculan dukhon, terjadi saat mendekati Kiamat.

Ketiga, dalam Al-Qur’an diterangkan, bahwa asap tersebut berupa asap yang nyata, bukan sekedar khayalan.

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٖ مُّبِينٖ

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. (QS. Ad-Dukhan: 10)

Keempat, hadis tentang kisah Ibnu Shoyyad.

Dalam Shahih Bukhori dan Shahih Muslim disebutkan kisah Rasulullah ﷺ dengan seorang dukun beragama Yahudi bernama Ibnu Shoyyad. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

إني خبأت لك خبئًا

“Sesungguhnya aku menyembunyikan sesuatu untukmu.”

Ibnu Shoyyad menanggapi,

هو الدُّخ

“Yang Anda sembunyikan adalah dukh (asap).”

Beliau bersabda,

اخسأ؛ فلن تعدو قدرك

Tetaplah di tempatmu. Kamu tidak akan melampaui batasmu.

Kemudian Nabi ﷺ membacakan ayat,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٖ مُّبِينٖ

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. (QS. Ad-Dukhan: 10)

(HR. Muttafaqun ‘Alaihi).

Dijelaskan oleh hadis serta ayat yang dibaca oleh Nabi di atas, bahwa tanda kiamat berupa dukhon masih ditunggu. Ini menunjukkan tanda ini belum tiba di saat Nabi bersabda ini. Lebih-lebih lagi, kisah ini terjadi setelah hijrahnya Nabi ke kota Madinah. Ini menunjukkan bahwa pendapat pertama di atas, kurang tepat.

Diterangkan dalam kitab Al-‘Aqoid As-Salafiyah,

وأما ما فسر به ابن مسعود رضى الله عنه ؛ فإن ذلك من كلامه، والمرفوع مقدم على كل موقوف

“Adapun penafsiran yang disebutkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, itu adalah pendapat beliau. Dan hadis Nabi, lebih berhak didahulukan daripada pendapat sahabat.” (Al-‘Aqoid As-Salafiyah Bi Adillatiha An-Naqliyah Wal ‘Aqliyah, 2/469)

Wallahua’lam bis showab.

Referensi :

  • Ibnu Katsir, Abul Fida’ Ismail bin Umar. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhiim / Tafsir Ibnu Katsir. Tahqiq : Sami bin Muhammad As-Salamah. Cetakan kedua 1420 H / 1999 M. Riyadh – KSA : Dar Thoyyibah.
  • Al-Qurtubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr.  Al-Jami’ Li Ahkaamil Quran / Tafsir Qurtubi.  Tahqiq: Dr. Abdullah At-Turki.  Cetakan pertama 1434 H / 2013 M.  Damaskus – Suriah : Muassasah Al-Risalah.
  • Ali Buthomi Al-Bangholi, Ahmad bin Hajar.  Al-‘Aqoid As-Salafiyah Bi Adillatiha An-Naqliyah Wal ‘Aqliyah.  Cetakan pertama 1415 H / 1994 M.  Dar Al-Qotriyah.

HamalatulQuran Yogyakarta, 13 Ramadhan 1441 H


Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here