Bismillah.
Bulan Rajab, indentik dengan amalan puasanya. Banyak broadcast atau pesan singkat di WhatsApp, tersebar memberikan motivasi untuk melaksanakan puasa Rajab. Tawaran ganjarannya sangat menggiurkan, contohnya seperti pada pesan singkat yang sempat viral tersebar di awal Rajab ini :
1 rojab
Niat puasa bulan Rojab :
نويت صوم غد من رجب سنة لله تعالى
-Puasa 1 hari di awal Rojab = 1 tahun
-Puasa 7 hari = di tutup pintu2 neraka
-Puasa 8 hari = di buka 8 pintu surga
-Puasa 10 hari = di kabulkan segala permintaannya
#semoga bermanfaat
*MARHABAN AHLAN WASAHLAN SYAHRUR ROJAB/SYAHRULLAH/SYAHRUL ISTIGHFAR….
Sahabat Humairo yang dimuliakan Allah.
Dalam hal ibadah, kaidah yang berlaku adalah,
الأصل في العبادة التوقف
Hukum asal ibadah adalah menunggu datangnya dalil.
Artinya, tidak boleh melakukan kegiatan yang dianggap sebagai ibadah, kecuali setelah ada dalil yang memerintahkan.
Berbeda dengan perkara dunia, yang hukum asalnya adalah boleh (mubah), selama tidak ada dalil yang melarangnya.
Jika kita sadari, kaidah ini sebenarnya bukti rahmat Allah kepada manusia. Dimana untuk perkara ibadah, yang berisi pembebanan, lingkupnya dipersempit, cukup yang diperintah oleh dalil. Adapun masalah dunia, Allah beri kelonggaran, silahkan dinikmati selama tidak ada dalil yang mengharamkan.
Hati ini merasa bahagia, melihat seorang rekan saat mendapatkan broadcast di atas dan semacamnya, lalu dia menanyakan, apakah ada dalilnya? Jika ada apakah shahih? Sikap ilmiah ini, semestinya ada dalam diri kita sebagai seorang mukmin. Terlebih dalam perkara agama, agama lebih dari darah dan daging kita. Jangan sampai kita melakukan sebuah amalan, yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Karena sungguh merugi; rugi waktu, rugi tenaga, rugi biaya, bahkan rugi di akhirat.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Baca hadis-hadis seputar bid’ah di sini.
Berkaitan hukum puasa Rajab, ada dua macam puasa di ini :
Pertama, mengkhususkan puasa di bulan Rajab dengan meyakini pahala tertentu; yang tak ada pada puasa di bulan lainnya, sebagaimana yang ada pada pesan singkat di atas.
Untuk puasa Rajab yang jenis ini, tak ada satupun hadis shahih yang layak menjadi dalil. Seluruh hadis berkaitan puasa khusus bulan Rajab, berstatus dho’if (lemah) bahkan palsu. Sehingga, tidak boleh diamalkan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,
وأما صوم رجب بخصوصه فأحاديثه كلها ضعيفة ، بل موضوعة ، لا يعتمد أهل العلم على شيء منها ، وليست من الضعيف الذي يروى في الفضائل ، بل عامتها من الموضوعات المكذوبات
“Hadis-hadis tentang puasa khusus di bulan Rajab, semuanya dho’if bahkan palsu (maudhu’). Para ulama sama sekali tak memandang hadis-hadis itu sebagai dalil. Bukan juga termasuk hadis dho’if yang bisa ditolerir karena berkaitan keutamaan amal (fadho-il al-a’mal). Bahkan kebanyakannya palsu dan dusta.” (Majmu’ Fatawa, jilid 25 hal. 290 – 291).
وأما الصيام: فلم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شيء عن النبي -صلى الله عليه وسلم- ولا عن أصحابه
“Adapun puasa, maka tak ada satupun hadis shahih dari Nabi shallallahu’alaihi dan juga dari sahabat, yang menerangkan keutamaan puasa Rajab secara khusus.” tulis Ibnu Rojab dalam
Lathoif Al-Ma’arif, hal. 140.
Salah seorang ulama senior mazhab Syafi’i, Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah bahkan pernah menulis buku khusus berisi bantahan terhadap hadis-hadis lemah dan palsu tentang bulan Rajab. Buku tersebut berjudul “Tabyiinul ‘Ujab Bima Waroda fi Fadli Rojab“. Beliau menyatakan di buku itu,
لم يرد في فضل شهر رجب ولا في صيامه ولا في صيام شيء منه معيّن ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ وكذلك رويناه عن غيره
“Tak ada satupun hadis tentang keutamaan bulan Rajab, puasa Rajab atau puasa hari-hari tertentu di bulan Rajab, tidak juga tentang keutamaan sholat di malam tertentu di bulan Rajab (sholat Rogho-ib) yang shohih, yang layak dijadikan dalil (hujah). Ulama yang telah mendahuluiku memberikan keterangan seperti ini secara yakin adalah Imam Abu Ismail Al-Harowi Al-Khafidh, sebagaimana riwayat yang kami dapatkan dari beliau.”
Kedua, puasa di bulan Rajab dengan tidak meyakini adanya keutamaan khusus di bulan Rajab.
Karena pada dasarnya, puasa sunah dengan segala macamnya : puasa Dawud, puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, puasa sunah mutlak, dianjurkan dikerjakan sepanjang tahun, apapun bulannya, kecuali bulan ramadhan, hari raya idul fitri / idul adha dan tiga hari tasyrik.
Lebih-lebih bulan Rajab, adalah salahsatu dari empat bulan suci dalam Islam (asyhurul hurum), puasa sunah di dalamnya, lebih dianjurkan daripada di bulan-bulan lain. Karena amal sholih yang dikerjakan di bulan-bulan suci, lebih besar pahalanya daripada yang dikerjakan di bulan lain.
Demikian, wallahua’lam bis showab.
Pagi yang Sejuk di Jogjakarta, 3 Rajab 1441 H
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com