Broadcast Viral Tentang Nuzulul Qur’an
Bismillah…
Kami mendapatkan broadcast tentang Nuzulul Qur’an ini di salah grup WhatsApp (WA) keluarga. Tak lama kemudian, broadcast yang sama juga kami dapatkan dari pembaca TheHumairo, melului pesan WA ke kami. Berikut isi broadcastnya :
Mengingatkan:
Tepat pukul 18.00 Wib habis adzan
Magrib malam nanti, akan datangnya
Malam Nuzululquran .Rasullullah Bersabda “Barang Siapa Yang
Memberitahukan Berita Nuzululquran
kepada Yang Lain, maka Haram Api
Neraka Baginya”. Dan tolong baca
sebentar saja kita berdzikir mengingat
ﺍﻟﻠﻪ …
bismillah
“Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa
ilaaha ilallah, Allahu-Akbar, Laa haula wala quwata illa billahil
aliyil adzim” Bila disebarkan, Anda
akan membuat beribu-ribu manusia berzikir kepada Allah SWT ﺁﻣﻴﻦ
ﺁﻣﻴﻦ ﺁﻣﻴﻦ ﻳﺎ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ
Maaf… Jangan putus di Anda. Gak sampai 1 menit kok.. ﺍﻟﻠﻪ Maha Besar…
Tanggapan :
Pertama, tentang kapan malam Nuzulul Qur’an.
Ada perbedaan pendapat ulama tentang kapan Al Qur’an diturunkan. Yang dimaksud disini adalah, kapan Al-Qur’an pertama kali diturunkan ke Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, saat beliau berada di gua Hiro, bukan berbicara tentang saat Al-Qur’an diturunkan sempurna dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia.
Seorang ulama ahli tafsir Abul Qosim Muhammad bin Ahmad Al-Kalbi, dalam kitab tafsirnya “At-Tashil Li ‘Ulumi At-Tanzil”, menyebutkan ada 16 pendapat ulama tentang ini. Yang paling populer adalah:
- Al Qur’an pertama kali diturunkan pada malam ke 17 ramadhan.
Berdalil dengan ayat,
وَمَآ أَنزَلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا يَوۡمَ ٱلۡفُرۡقَانِ يَوۡمَ ٱلۡتَقَى ٱلۡجَمۡعَانِۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ
Dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfal: 41)
Yang dimaksud hari Furqon adalah hari terjadinya perang Badr, yaitu pagi 17 Ramadhan 2 H. Berdasarkan ayat ini, Al-Qur’an pertama kali diturunkan dimalam 17 Ramadhan.
- Ada yang berpandangan di salahsatu malam sepuluh hari terakhir ramadhan. Karena pada malam-malam itulah Lailatul Qadar berada.
Berdalil dengan surat Al-Qodr,
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ….
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar.… (QS. Al-Qadar: 1)
(Lihat: At-Tashil Li ‘Ulumi At-Tanzil, jilid 2, hal. 593 – 594)
Dari sekian banyak pandangan ulama, tentang waktu Al-Qur’an diturunkan pertama kalinya, semuanya senada mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan di bulan ramadhan, di malam Lailatul Qadar. Sebagaimana kesimpulan Imam Thohir bin Ashur berikut,
والذي يجب الجزم به أن ليلة نزول القرآن، كانت في رمضان، وأنه كان في ليلة القدر
Yang wajib kita yakini, malam turunnya Al-Qur’an terdapat di bulan ramadhan. Tepatnya di malam Lailatul Qadar. (Tafsir At-Tahrir wat Tanwir, jilid 25, hal. 278)
Al-Qur’an pertama kali diturunkan di malam Lailatul Qadar. Sebagaimana yang tersebut dalam ayat pertama surat Al-Qadr di atas. Sehingga untuk mengetahui kapan Al-Qur’an pertama kali diturunkan, dengan mengetahui kapan malam Lailatul Qadar terjadi. Banyak hadis shahih menerangkan, bahwa malam Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir ramadhan. Diantaranya :
التمسوها في العشر الأواخر من رمضان ليلة القدر في تاسعة تبقى ، في سابعة تبقى ، في خامسة تبقى
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam sembilan terakhir, pada malam tujuh terakhir, pada malam lima terakhir.” (HR Bukhari)
Ini menunjukkan pendapat yang tepat tentang pertama kali Al-Qur’an diturunkan adalah pada salahsatu malam di sepuluh hari terakhir. Karena Lailatul Qadar berada di malam-malam tersebut. Adapun 17 Ramadhan, belum memasuki 10 terakhir.
Kedua, benarkah hadis Nabi?
Wallahua’lam kami belum menemukan di kitab-kitab hadis dan sumber terpercaya lainnya, tentang adanya hadis tersebut. Sehingga untuk kehati-hatian, kami sendiri belum berani menyatakan atau meyakini bahwa itu adalah hadis Nabi ﷺ. Karena berdusta atas nama Nabi ﷺ, sungguh mengerikan ancamannya,
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berhati-hati, adalah jalan selamat.
Jika ada pembaca yang bisa membantu kami menemukan di kitab manakah hadis tersebut tertulis, kami sangat gembira dan berterimakasih. Silahkan dikirimkan via DM akun Instagram TheHumairo.
Ketiga, hati-hati dengan broadcast tidak jelas sumbernya.
Lebih-lebih yang mengatasnamakan agama.
Ketika Anda mendapatkan SMS gelap, yang menjanjikan hadiah uang sekian juta rupiah, namun tak ada alamat yang bisa dituju tertera di pesan itu, dan tak link sumber yang kredibel yang bertanggung jawab atas hadiah itu. Apakah anda akan hiraukan? Tentu tidak. Jika iya, maaf, mungkin karena kita belum lama punya handphone…
Bahkan saat ketika ada akun sosmed sahabat kita yang sudah dibajak oleh bajak maya, meminta pulsa atau transfer uang seperti yang sempat viral dulu, kita bisa segera mengenali bahwa gaya bahasa seperti ini bukan sahabat gue bangett. Anda segera acuhkan, blok atau menviralkan screenshot agar semua orang tahu bahwa ini bukan chat sahabat saya, ini adalah penipu.
Artinya begini, dalam urusan duniawi saja, kita begitu peka untuk hati-hati tidak sembarang percaya. Untuk urusan akhirat, masak kita tidak hati-hati?! Padahal, surga lebih mahal dari dunia seisinya dan neraka lebih pedih dari semua kepedihan yang ada di dunia ini!
بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا * وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ
Sedangkan kamu memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)
Sekarang coba kita lihat broadcast di atas. Dari mana sumbernya? Siapa yang menulis? Siapa yang bertanggung jawab ilmiyah atas pesan itu? Sama sekali tidak ada.
Lebih-lebih membawa nama Nabi ﷺ. Ini berat. Para ulama menerangkan bahwa, suatu hadis itu bisa dinilai dhoif (lemah), ketika ada satu saja perowinya yang majhul/tidak dikenali. Lantas bagaimana dengan hadis yang dicantumkan di atas, yang tak disebutkan sama sekali riwayat siapa. Bahkan penulis broadcast-nya pun tak ada. Sumbernya dari mana, tak ada. Artinya, indikasi-indikasi kebenaran kabar di atas, zonk alias nol besar.
Di zaman kabar hoax begitu mudah dibuat dan disebarkan, maka tepat jika kita katakan, “Hukum asal berita zaman ini adalah hoax, sampai ada indikasi kuat yang menunjukkan kebenaran berita.”
Di hari kiamat kelak, ketika kita tidak meyakini bahwa hadis di atas adalah sabda Nabi, lebih selamat insyaallah daripada meyakini itu hadis Nabi kemudian menyebarkan. Karena kita punya hujjah di hadapan Allah, bahwa hadis yang ditulis di atas, tidak ada bukti yang kuat sebagai sinyal bawah itu benar-benar hadis Nabi.
Lebih baik berhati-hati daripada bertanggungjawab atas sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Kita ambil jalan aman sajalah.
HamalatulQuran Yogyakarta, 16 Ramadhan 1441 H
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com