SERIAL TULISAN : PESAN DARI CORONA #5

Baca Serial pertama (pendahuluan) Pesan dari Corona

Bismillah

Di awal muncul virus corona dulu, sekitar akhir tahun 2019, kita memandang bahwa virus ini sangat mengerikan. Banyak tersebar di beranda sosmed video orang-orang berjatuhan di jalan di kota Wuhan China. Setiap hari media cetak maupun elektronik dibanjiri berita tentang corona. Belum lagi ribuan kabar hoax yang menguras kuota memenuhi memori handphone. Hati menjadi gelisah, gundah gulana, bingung mau berbuat apa. Puluhan ribu nyawa merenggangkan akibat virus mematikan ini, data terupdate bisa pembaca lihat di sini.

Namun setelah mendengar penjelasan para dokter tentang karakter dan cara pencegahan virus ini, rasa gelisah berubah menjadi tenang, takut berubah menjadi waspada. Kata para dokter virus ini memang mematikan, namun 80 % pasien suspec corona, sembuh. Ini bukan untuk menyepelekan virus ini, namun untuk memberi motivasi kepada kita untuk tidak putus asa melawannya. Corona menyebar melalui drobplet. Orang yang paling rawan terpapar bahaya corona, adalah kalangan manula dan anak-anak. Pori-pori masker biasa sudah bisa menahan masuk corona ke hidung kita. Sabun/deterjen sangat ampuh membunuh virus corona, dan ilmu lainnya tentang virus ini, bisa teman-teman paparan menarik dari sahabat kami dr. Muhammad Saefudin Hakim, Msc. PhD di sini : Waspada Virus Corona

Baca juga : Corona dan Kesombongan

Jika demikian terasa membahagiakan manfaat Ilmu dunia, merubah rasa gelisah menjadi tenang, takut menjadi waspada, maka bagaimana lagi dengan ilmu akhirat?!

Kita tahu tentang ilmu karakter corona dan cara mencegahnya saja, kegelisahan berubah menjadi ketenangan dan ketakutan berubah menjadi kewaspadaan. Bagaimana jika memgilmui tentang neraka dan murka Allah, bagaimana cara menghindarinya, serta tentang surga, bagaimana cara memgilmuinya. Demi Allah sangat menenangkan, bahkan lebih menenangkan dari segala ketenangan di muka bumi ini.

Bagaimana tidak menenangkan, sedangkan menuntut ilmu agama adalah jalan menuju surga?! Pasti sangat indah dan menyenangkan.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة. رواه مسلم

“Saiapa yang menempuh jalan guna menimba Ilmu agama, maka Allah akan mudahkan baginya, berkat amalan ini jalan menuju ke surga.” (HR. Muslim)

Baca juga : #DiRumahAja, Yuk Bersiap Bertemu Ramadhan

Bagaimana tidak menenangkan, sementara tempat-tempat menuntut ilmu syar’i, adalah taman surga?!

Nabi shalallahu alaihi wa sallam mengabarkan,

إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا

”Jika Engkau melewati taman-taman surga maka singgahlah!”

Para sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apakah taman-taman surga itu?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

حلق الذكر فإن لله سيارات من الملائكة يطلبون حلق الذكر فاذا اتوا عليهم صفوا بهم

”Majelis dzikir (pengajian-pengajian atau majlis Ilmu). Allah memiliki sekelompok malaikat yang mencari majelis-majelis dzikir. Jika mereka mendatanginya, malaikat-malaikat tersebut akan mengelilinginya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad Hasan)

Mari coba kita simak bagaimana testimoni orang – orang hebat yang telah jauh berlayar mengarungi samudera ilmu syar’i berikut :

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah

والله ما أعرف مَن عاش رفيعَ القَدْر بالِغًا من اللَّذات ما لَم يبلُغْ غيرُه، إلاَّ العلماء المُخلصين؛ كالحسَن وسفيان، والعُبَّاد المُحقِّقين كمعروف؛ فإنَّ لذة العلم تزيد على كلِّ لذة، …. وكذلك لذة الخلوة والتعبُّد

“Demi Allah aku tak tahu ada orang yang hidup dengan martabat begitu mulia, dengan merasakan kelezatan hidup yang tak pernah dirasakan oleh seorangpun selain para ulama (orang berilmu) yang ikhlas. Seperti Hasan Al-Basri dan Sufyan. Demikian pula pada ahli ibadah sebagai bentuk pengamalan ilmu seperti Ma’ruf. Karena sungguh kelezatan ilmu itu melebihi segala kelezatan di dunia ini…. Demikian pula kelezatan berkhalwat serta beribadah kepada Allah.” (Shoidul Khotir hal. 287)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah

ولا ريب أن لذة العلم أعظم اللذات

“Tak ada keraguan bahwa kelezatan ilmu adalah kelezatan yang paling nikmat.” (Majmu’Fatwa Ibnu Taimiyah 14 / 97)

Sahl bin Abdullah At-Tusturi rahimahullah

العلم أحد لذات الدنيا، فإذا عمل به صار للآخرة

“Ilmu Itu adalah salahsatu kelezatan dunia. Bila diamalkan berubah menjadi kelezatan akhirat.” (Iqtisho’ Al-‘Ilmi Al-‘Amal hal. 29)

Ibnul Qayyim rahimahullah

ولو صوَّروا العلم صورةً، لكانت أجمل من كلِّ صورة

“Andai mereka melukiskan wujud ilmu, niscaya ilmu adalah lukisan terindah dari segala lukisan.”

Imam Syafi’i rahimahullah

قيل له: كيف شهوتك للعلم؟ قال: أسمع بالحرف مما لم أسمعه من قبل فتود أعضائي أن لها سمعا تتنعم به مثل ما تنعمت به الأذنان

Ada seorang bertanya kepada Imam Syafi’i rahimahullah, “Bagaimana senangnya Anda pada ilmu?”

“Aku mendengar setetes ilmu,”Jawab Sang Imam, “yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Maka seluruh tubuhku ingin mempunyai telinga, agar bisa merasakan nikmatnya mendengar Ilmu sebagaimana yang dirasakan oleh kedua telingaku.”

Wallahua’lam bis showab.

Sekian…

Referensi :

  • Shoidul Khotir, karya: Imam Jalaluddin Abul Faraj Ibnul Jauzi, Tahqiq: Abdul Qadir Ahmad ‘Atho, penerbit: Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, Beirut – Lebanon. Cetakan pertama.
  • Majmu’ Al-Fataawa Lis Syekhil Islam Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Harrani.
  • https://www.islamweb.net

Hamalatul Quran Yogyakarta, 5 Sya’ban 1441 H


Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here