Empat Hal yang Menjadi Pondasi dalam Mendidik Anak, Jangan Abaikan!

Bismillahirrahmanirrahim.

Anak adalah investasi paling berharga. Karena melalui anak, terbuka banyak keberkahan. Yang paling berharga adalah pahala jariah. Di dalam Al-Qur’an Allah azza wajalla secara khusus mengingatkan tentang pendidikan anak,

يأيها الذين ءامنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga mu dari api neraka.” (At-Tahrim: 6).

Ibu, bapak, dan guru bertanggung jawab di hadapan Allah terhadap pendidikan generasi muda. Jika pendidikan mereka baik, maka berbahagialah generasi tersebut di dunia dan akhirat, tapi jika mereka mengabaikan pendidikannya, maka sengsara lah generasi tersebut, dan beban dosanya berada pada leher mereka. Untuk itu disebutkan dalam suatu hadits Rasulullah

كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته.

Setiap orang dari kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian ber tanggung jawab atas siapa yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Maka merupakan kabar gembira bagi seorang pendidik, sabda Rasulullah berikut ini,

فوالله، لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من أن يكون لك حمر النعم

Demi Allah, sungguh petunjuk yang diberikan Allah kepada seorang melalui kamu lebih baik bagimu daripada kamu mendapat kan unta merah (kekayaan yang banyak).” (HR. Bukhari dan Muslim),

Dan juga merupakan kabar gembira bagi kedua orang tua, sabda Rasulullah berikut ini,

إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علمينفع به أو ولد صالح يدعو له “

Jika seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Setiap pendidik hendaknya melakukan perbaikan dirinya terlebih dahulu. Karena perbuatan baik bagi anak-anak adalah yang dikerjakan oleh pendidik, dan perbuatan jelek bagi anak-anak adalah yang ditinggalkan oleh pendidik. Karenanya, sikap baik guru dan orang tua di depan anak-anak merupakan pendidikan yang paling utama.

Di antara pondasi mendidik yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak adalah :

Pertama, melatih anak-anak untuk mengucapkan kalimat syahadat.

Laa ilaa ha illallah, Muhammadur Rasulullah

“Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah. Muham mad adalah utusan Allah.”

Dan menjelaskan maknanya di saat mereka sudah dewasa.

Kedua, tanamkan cinta dan iman kepada Allah dalam hati mereka.

Bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rizki dan Penolong satu-satunya tanpa ada sekutu bagiNya.

Ketiga, kenalkan mereka dengan Surga dan Neraka.

Bahwa Surga akan diberikan kepada orang-orang yang melakukan shalat, puasa, berbakti kepada kedua orang tua dan orang-orang yang beramal sholih. Kemudahan juga tanamkan rasa takut kepada siksa Neraka. Bahwa Neraka diperuntukkan bagi orang yang meninggalkan shalat, durhaka kepada orang tua, membenci Allah, menyimpang dari aturan Allah dan memakan harta orang dengan menipu, berbohong, riba dan lain sebagainya.

Keempat, ajarkan kepada anak agar meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah semata.

Sebagaimana sabda Rasulullah kepada anak pamannya; Abdullah bin Abbas,

إذا سألت فاسأل الله، وإذا استعنت فاستعن بالله

Jika kamu meminta sesuatu, maka mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Waffaqokumullah….


Referensi : Taujihat Islamiyyah Li Ishlaahil Fard wal Mujtama’, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul “Bimbingan Untuk Pribadi dan Masyarakat”, oleh : Dr. Abdul Muhith Abdul Fatah, Ali Musthofa Ya’qub dan Drs. Aman Nadhir Sholih.

Diterbitkan di TheHumairo.com dengan penyesuaian redaksi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Prove your humanity: 7   +   9   =