Tegukan Miras, 40 Hari Sholat Tidak Diterima Allah
Bismillahirrahmanirrahim…
Allah ta’ala dalam Al-Qur’an menyebut miras dengan sebutan sangat rendah, “JIJIK dan PERBUATAN SETAN!”
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan jijik dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. (QS. Al-Ma’idah : 90)
Adanya ungkapan “jijik atau perbuatan setan”, adalah indikasi hukum minum khamar adalah haram.
Islam tegas tanpa basa-basi mengatakan haram untuk miras, karena syariat Islam turun ke muka bumi membawa misi penting yang salahsatunya adalah, menjaga akal (hifdzul aql). Sehingga segala hal yang dapat merusak akal manusia, diharamkan oleh Islam.
Salahsatu hukuman yang Allah berikan kepada peminum minuman haram ini, dijelaskan dalam hadis sahabat Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ وَسَكِرَ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاةٌ أَرْبَعِينَ صَبَاحًا وَإِنْ مَاتَ دَخَلَ النَّارَ ، فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ،
“Siapa yang meminum miras lalu mabuk, maka Allah tidak akan menerima shalatnya selama 40 hari. Jika ia mati, maka akan masuk neraka. Jika ia bertaubat, Allah akan ampuni dosanya.” (HR. Ibnu Majah)
Yang dimaksud tidak diterima shalat selama 40 hari, bukan berarti ia tidak wajib shalat fardhu selama 40 hari tersebut. Namun maksudnya, shalatnya selama 40 hari tidak berbuah pahala. Hanya dapat menggugurkan kewajiban. Shalat selama 40 hari ibaratnya hanya sebagai penggugur dosa minum miras.
Abu Abdillah Ibnu Mandah menerangkan makna sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam “tidak diterima shalatnya selama 40 hari”
أي : لا يثاب على صلاته أربعين يوماً عقوبة لشربه الخمر ، كما قالوا في المتكلم يوم الجمعة والإمام يخطب إنه يصلي الجمعة ولا جمعة له ، يعنون أنه لا يعطى ثواب الجمعة عقوبة لذنبه
“Maksudnya, shalatnya tidak berpahala selama 40 hari, sebagai hukuman karena seorang telah minum khamar. Sebagaimana orang yang berbicara di saat Khotib Jumat sedang khutbah, dia tetap melaksanakan shalat Jumat, namun tidak mendapatkan Jumat. Maksudnya tidak mendapatkan pehala shalat Jumat, hukuman atas dosanya.” (Ta’dhiim Qodris Sholaah, 2/ 587 – 588)
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan hal ini dalam Syarah Shahih Muslim karyanya,
وأما عدم قبول صلاته فمعناه أنه لا ثواب له فيها وإن كانت مجزئة في سقوط الفرض عنه ولا يحتاج معها إلى إعادة، ونظير هذه الصلاة في الأرض المغصوبة مجزئة مسقطة للقضاء، ولكن لا ثواب فيها، كذا قاله جمهور أصحابنا.
“Tidak diterima shalatnya maksudnya, dia tidak akan mendapatkan pahala dari shalatnya. Meskipun shalatnya sah dalam menggugurkan kewajiban, tidak perlu diulang. Kasus yang sama adalah, sholat di tempat rampasan, sah shalatnya, tidak perli diqodo’. Namun tidak berbuah pahala. Demikian pendapat yang dipegang mayoritas ulama Mazhab kami (Syafi’i).” (Shahih Muslim bi Syarhil Imam An-Nawawi, 7/190, terbiyan Darul Kutub Ilmiyah)
Hukuman di atas hanya berlaku pada peminum khamar yang tidak bertaubat. Jika ia bertaubat, maka Allah maafkan dan shalatnya diterima oleh Allah azza wa jalla. Karena Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
التائب من الذنب كمن لا ذنب له
“Orang yang bertaubat dari sebuah dosa, seperti tidak ada dosa padanya.” (HR. Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah)
Wallahul muwaffiq.
Hamalatul Quran Jogjakarta, 20 Rajab 1442 H
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com