Masa Muda = Nasibmu

Bismillahirrahmanirrahim.

Imam Malik bin Dinar rahimahullahu Ta’ala pernah berpesan,

إنما الخير في الشباب

“Sesungguhnya, kebaikan itu ada pada para pemuda [atau terdapat di dalam (usia) muda].”

Ini adalah pesan sangat dalam dari Malik bin Dinar rahimahullâhu, tentang urgensi usia muda. Seorang pemuda, apabila bagus memanfaatkan usia mudanya, itu akan menjadi kebaikan yang abadi di dalam hayatnya. Amal-amal baik yang ia goreskan di usia muda, akan menjadi pijakan dan landasan yang kokoh, yang langgeng menyertainya sampai ia wafat. Bahkan kebaikan yang ia lakukan di usia muda, berkahnya akan ia rasakan sampai ke kehidupan setelah dunia ini, ia akan bahagia di alam kubur dan akhirat.

Kebaikan-kebaikan seperti beramal sholeh, menuntut ilmu dan ibadah lainnya, akan dapat maksimal dilakukan di masa muda dari pada di usia tua. Namun, bukan berarti bahwa melakukan kebaikan di masa tua adalah hal yang sia-sia. Nasihat ini ditujukan kepada para pemuda agar mereka semangat memaksimalkan masa mudanya dengan hal-hal yang baik untuk agama dan dunianya.

Berikan yang Terbaik Untuk Allah

Allah telah memberikan yang terbaik untuk anda wahai pemuda, berupa jiwa dan fisik yang paling kuat dan waktu yang paling lapang, belum lagi berkah yang amat besar yang terkandung di masa muda.

Maka dari itu, mari berikan yang terbaik pula untuk Allah Ta’ala, sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Jika anda mampu melakukan ibadah yang terbaik, paling ikhlas dan paling sesuai dengan sunnah di masa muda ini, maka lakukanlah!!

Jangan menunda-nunda melakukan amal baik,

nanti saja..nanti saja.”

Tiba-tiba anda sudah masuk usia senja, yang kekuatan tak lagi sesegar dulu. Baru setelah itu sadar ibadah, sadar akhirat.

Akankah kita hanya berikan yang sisa-sisa untuk Allah yang selalu memberikan yang terbaik untuk kita?!

Masa muda anda adalah nikmat terbaik yang anda dapat di dunia ini. Di akhirat, Allah juga telah menyiapkan ganjaran yang terbaik pula. Allah tidak setengah-setengah memberi kita nikmat dan menyiapkan ganjaran. Allah tidak memberi yang sisa-sisa untuk anda. Bayangkan saja, ganjaran akhirat berupa surga yang Allah siapkan itu sangat mahal.

Saking mahalnya, amal-amal sholih seseorang tidak akan sebanding membelinya. Andai seorang manusia itu dari hari lahir sampai meninggal dunia, isi catatan amalnya hanya ibadah saja, tanpa satu titikpun dosa, sungguh itu tak akan kuat membeli surga Allah, surga Allah jauh lebih mahal.

Maka bagaimana jika hidup ini masih bercampur antara cahaya dan kegelapan, antara amal baik dan maksiat?! Belum lagi hal-hal mubah seperti makan minum, ngobrol dll juga mengisi waktunya. Dan kualitas amal ibadah yang belum sempurna ikhlasnya. Sungguh tak akan kuat membeli surga dengan amal kita. Namun rahmat Allah… rahmat Allah menutupi kekurangan-kekurangan itu, menjadikan aib-aib anda dimaafkan. Lalu Allah berikan surga yang jauh lebih mahal dari amalan kita sebagai upahnya.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ

Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah.” (HR. Muslim no. 2817).

Setelah ini, pantaskah kita memberikan sisa dari hidup kita dalam beribadah kepada Allah?!

Sisa tenaga, sisa pikiran, dan sisa harta baru dipersembahkan untuk Allah?!

Pantaskah?

Padahal Allah memberikan terbaik untuk kita?!

Nikmat Allah pada masa mudamu dan ganjaran yang terbaik yang disiapkan Maka dari itu, berikanlah yang terbaik untuk Allah. Berikan tenaga, pikran, waktu dan harta terbaik anda untuk Allah yang maha mulia.

Pemuda Harus Mencetak Sejarah yang Baik Dalam Hidupnya

Masa muda adalah masa emas dalam kehidupan manusia. Buktinya :

Tidak ada satu pun Nabi yang diutus kecuali ketika mereka di usia muda. Sebagaimana keterangan dari ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

ما بعث اللهُ نبيًّا إلَّا وهو شابٌّ ، ولا أُوتيَ العلمَ عالمٌ إلَّا وهو شابٌّ

“Tidak ada satu pun nabi yang diutus kecuali ketika mereka masih muda. Dan tidaklah mereka diberi ilmu kecuali saat mereka masih muda..”

Demikian juga kisah 7 pemuda yang beriman kepada Allah dalam QS. Al-Kahfi. Mereka khawatir dengan agama dan aqidah mereka karena melihat orang-orang di lingkungan sekitar yang musyrikin. Kemudian mereka ‘uzlah (mengasingkan diri) di sebuah gua, lalu Allah selamatkan agama mereka.

Allah ‘azza wajalla menceritakan mereka di dalam Al Qur’an,

نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى

Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka. (QS Al-Kahfi : 13)

Selain itu, kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis saat menghancurkan berhala-berhala  yang disembah oleh masyarakat di negerinya. Hal itu dilakukan oleh nabi ketika masih muda.

Allah mengabadikan kisah Nabi Ibrahim ini di dalam Al-Qur’an yang akan dibaca dan direnungkan hingga hari kiamat,

قَالُواْ مَن فَعَلَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَآ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Mereka berkata, “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang zalim.” (QA. Al-Anbiya’: 59)

قَالُواْ سَمِعۡنَا فَتٗى يَذۡكُرُهُمۡ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبۡرَٰهِيمُ

  Mereka (yang lain) berkata, “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya’: 60)

Mereka adalah teladan dalam mengukir sejarah yang baik di saat masih muda. Mereka adalah bukti betapa berharganya masa muda.
Maka jangan sia-siakan masa muda ini. Tinggalkanlah amal jariyah untuk masyarakat baik melalui dari sisi ilmu atau harta, apa saja yang kita mampu dan miliki.

Kebaikan-kebaikan di masa muda inilah yang akan menjadi nasib kita di masa tua nanti. Perjuangan kita memanfaatkan masa muda berupa menuntut ilmu. Sebaik-baik kesibukan di masa muda adalah menuntut ilmu. Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Tidak ada amalan ibadah yang lebih besar pahalanya daripada menuntut ilmu, jika niat penuntut ilmu itu ikhlas.” Tidak ada ibadah sunnah yang bisa mengalahkan ibadah menuntut ilmu. Jadi, selain ibadah menuntut ilmu, seorang dapat mengisi masa mudanya dengan kebaikan-kebaikan seperti ibadah yang bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun ibadah yang mengandung nilai sosial. Kemudian ia akan menuai buahnya di masa yang akan datang. Namun bukan berarti orang-orang yang sudah tua tidak pantas untuk berhijrah. Tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan. Penyesalan tentang masa lalu menghasilkan pandangan yang positif maka kita akan memperbaiki di sisa umur kita. Taubat seseorang di masa tua menggugurkan dosa-dosa di masa lalu. Namun pemuda yang tidak mengisi dengan kebaikan, maka dia telah menyia-nyiakan fase ini. Keberkahan di masa muda akan sia-sia.

Tulisan di atas adalah pemaparan dari kitab “Min Washoyas Salaf Lis Syabaab” (Nasehat Para Salaf Untuk Pemuda), karya Syaikh Prof. Abdurrazaq Al Badr -hafidzohullah-, yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Anshori di kajian rutin malam Rabu (Maghrib – Selesai), di Masjid Abdurrahman bin Auf (Maba) Kasongan, Bantul. Kerjasama antara TheHumairo dengan Serodja.


Disusun oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Prove your humanity: 1   +   2   =