Bersama Anak Di Surga

Bismillah

Selalu dekat dengan buah hati, adalah dambaan setiap orang tua. Rasanya tak ada kebahagiaan dunia; tentu setelah kebahagiaan iman, yang lebih bahagia daripada moment bahagia bersama keluarga. Jika demikian yang dirasakan di dunia, tak kebayang bagaimana bahagianya hidup bersama anak dak keluarga di surga. Semoga kita dapat merasakan kebahagiaan ini.

Allah ta’ala mengabarkan,

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ

Orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thur : 21)

Ayat di atas adalah dalil bahwa anak dan orangtuanya bisa bertemu kembali di surga. Allah mengatakan di ayat tersebut

أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ

Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka..

Kata dzurriyyah pada ayat di atas memiliki dua tafsiran :

1. Anak cucu.
Sebagaimana yang dicantumkan sebagai terjemah ayat di atas.

2. Bisa juga dimaknai orang tua (bapak & ibu kakek nenek ke atas).
Karena dzurriyah dalam bahasa Arab juga digunakan untuk menyebut orang tua. Sebagaimana disebutkan dalam ayat tentang kisah Nabi Nuh berikut,

وَءَايَةٞ لَّهُمۡ أَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّيَّتَهُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ ٱلۡمَشۡحُونِ

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut dzurriyyah mereka dalam kapal yang penuh muatan. (QS. Ya-Sin : 41)

Dalam tafsir Al Qurtubi rahimahullah terdapat penjelasan,

قيل الذُّرِّيَّةُ الْآبَاءُ وَالْأَجْدَادُ، حَمَلَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي سَفِينَةِ نُوحٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَالْآبَاءُ ذُرِّيَّةٌ وَالْأَبْنَاءُ ذُرِّيَّةٌ، بِدَلِيلِ هَذِهِ الْآيَةِ، قَالَهُ أَبُو عُثْمَانَ. وَسُمِّيَ الْآبَاءُ ذُرِّيَّةً، لِأَنَّ مِنْهُمْ ذَرْأَ الْأَبْنَاءِ.

“Ada yang menafsirkan dzurriyah pada ayat ini sebagai orang tua, kakek nenek dan seterusnya ke atas. Allah menumpangkan mereka di dalam perahu Nabi Nuh alaihis salam. Maka orang tua, kakek nenek dan seterusnya ke atas bisa disebut dzurriyyah sebagaimana anak cucu juga disebut dzurriyyah. Dalilnya adalah ayat ini. Pendapat ini dipegang oleh Abu ‘Utsman. Orangtua juga disebut dzurriyyah, karena dari merekalah bibit anak keturunan muncul.” (Lihat : Al-Jaami’ Liahkaamil Quran, jilid 17 hal. 453)

Maka ini menunjukkan bahwa anak dan orangtua dapat saling memberikan syafaat.

Syafaat untuk apakah ini?

Syafaat untuk bisa hidup bersama di surga. Jika amal sholih anak kurang, sehingga menyebabkannya tinggal di surga derajat bawah, maka ia akan diangkat ke derajat lebih tinggi di surga agar dapar tinggal bersama ayah ibunya dan kakek neneknya. Atau jika sebaliknya, amal sholih bapak ibunya yang kurang, sehingga menyebabkannya tinggal di surga derajat bawah, maka mereka akan diangkat ke derajat lebih tinggi di surga agar dapar tinggal bersama anak cucunya di surga. Tanpa sedikitpun mengurangi pahala keluarga yang telah menempati derajat tinggi di surga.

Hikmah di balik ini adalah, agar penduduk surga merasakan kenikmatan yang sempurna. Reuni keluarga di dunia saja sangat nikmat, terlebih dapat kumpul kembali dengan kehidupan bahagia yang abadi di surga.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

يخبر تعالى عن فضله وكرمه وامتنانه ولطفه بخلقه وإحسانه، أن المؤمنين إذا اتبعتهم ذرياتهم بالإيمان، يلحقهم بآبائهم في المنزلة، وإن لم يبلغوا عملهم لتقر أعين الآباء بالأبناء عندهم في منازلهم، فيجمع بينهم على أحسن الوجوه، بأن يرفع الناقص العمل بكامل العمل، ولا ينقص ذلك من عمله ومنزلته للتساوي بينه وبين ذاك

“Allah ta’ala dengan karunia, kemurahan, nikmat, kelembutan dan kebaikanNya kepada makhlukNya, mengabarkan bahwa orang-orang beriman jika dzurriyyah (anak keturunan atau orangtua) mengikuti mereka beriman, Allah akan mengumpulkan mereka di derajat surga yang sama. Meski amal mereka sebenarnya tidak sampai untuk meraih derajat surga tersebut. Agar para orang tua dapat berbahagia dengan anak-anak mereka di tingkatan surga yang sama. Mereka berkumpul dengan keluarga dengan rupa yang paling indah. Kerabat yang kurang amal shalihnya, diangkat derajat surganya oleh kerabat yang baik kualitas amal shalihnya. Dan ini tanpa sedikitpun mengurangi pahala amal dan derajat surga kerabat yang baik amal shalihnya, karena mereka berada dalam tingkatan surga yang sama.” (Lihat : Tafsir Al Qur’an Al ‘Adhiim jilid 7, hal. 432)

Wallahua’lam bis showab.

Hamalatul Quran Yogyakarta, 22 Dzulqo’dah 1441 H


Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Prove your humanity: 7   +   9   =