SERIAL TULISAN : PESAN DARI CORONA #3

Baca Serial pertama (pendahuluan) : Pesan dari Corona 

Maskeri saja hatimu
Ilustrasi : masker

Bismillah..

Mengenakan masker adalah ssalahsatu upaya pencegahanntertular atau menularkan virus corona, yang telah dianjurkan oleh para dokter. Karena virus ini menyebar melalui droplet atau percikan air liur dari penderita virus corona.

Kemudian, tak sembarang cara menggunakan masker, masker dipakai untuk menutupi hidung, mulut sampai ke dagu, agar fungsi masker dapat optimal. Sebagaimana dijelaskan dr. Muhammad Saefuddin Hakim, Msc. Phd (Staf Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran KMK Universitas Gajah Mada. PhD, Doctor, Virology and Immunology, Erasmus University Rotterdam, Belanda), di video berikut ini : Waspada Virus COVID-19.

Baik, sekarang jelas teman-teman yang dimuliakan Allah, bahwa cara yang benar menggunakan masker yang benar, ditutupkan pada hidung, mulut sampai ke dagu.

Kami ingin bertanya, jika ada yang menggunakan masker di dagu saja apakah bermanfaat mencegah corona?!

Atau mengenakan masker di kuping?

Di dahi barangkali??

Tentu satu saja jawabannya, tidak!

Ternyata penggunaan masker agar dapat berfungsi baik, sudah ada tempatnya sendiri.

Baik, dulu pernah ada sesumbar, di saat kaum wanita diajak berjilbab, ia membantah dengan ungkapan yang terkesan bijak, namun norak, “Jilbabi saja hatimu” “Yang penting yang dijilbabi itu hati.”

Lihatlah teman-teman, seringkali setan datang menginspirasi manusia mengesankan seakan dia penasehat yang bijak.

Sekarang mari kita coba analogikan dengan kasus masker.

Situasi pandemi corona seperti saat ini, orang banyak mencari masker. Sampai keberadaannya langka dan harga melambung tinggi. Kenapa mereka mencari masker? Ya untuk melindungi diri dari terpapar virus corona.

Mereka yang beralasan, yang penting yang dijilbabi itu hati, mau tidak ya kita ajak konsisten?!

Mba… ngapain make masker di hidung.

Yang pentingkan hati yang dimaskeri.

Maskeri saja hatinya mba. Daripada munafik…?!

Kira-kira ada yang mau konsisten dengan prinsip ini, saat situasi genting corona teman-teman?

Jelas tidak ada kan…

Mengapa mendadak tidak ‘bijak’ saat bicara soal masker? Karena semua tahu dimana masker dipakai. Di hidung bukan di hati. Kalau ada orang berada di wilayang yang sudah darurat virus corona, kemudia dia dianjurkan paramedic mengenakan masker. Lalu ia menolaj dengan sangat ‘bijak’ “Yang penting hatinya dok yang dimaskeri.” Kira-kira apa komentar anda teman-teman?

Kira-kira ada yang mau konsisten dengan prinsip “Jilbabi saja hatimu”, saat situasi genting corona teman-teman?

Jelas tidak ada kan…

Mengapa mendadak tidak ‘bijak’ saat bicara soal masker? Karena semua tahu dimana masker dipakai. Di hidung bukan di hati. Kalau ada orang berada di wilayang yang sudah darurat virus corona, kemudia dia dianjurkan paramedic mengenakan masker. Lalu ia menolaj dengan sangat ‘bijak’ “Yang penting hatinya dok yang dimaskeri.” Kira apa komentar anda teman-teman?

Kami yakin jawaban kita semua sama, yaitu, ”Itu kekonyolan!”

Teman-teman yang dimuliakan Allah…

Allah telah membagi masing-masing anggota tubuh kita memiliki jatah ibadah. Ada Ibadah fisik, ibadah lisan, ibadah hati dst.

Saat ibadah fisik dilimpahkan kepada hati, maka tidak bisa teman-teman. Contohnya, “Saya ngga usah sholat ah, yang penting hatiku kan sholat.”

Sama juga dengan jilbab, memakai jilbab adalah kewajiban bagi kaum hawa, untuk menutup aurat mereka. Mengenakan jilbab adalah ibadah fisik, yaitu di rambut kepala sampai menutupi dada. Sehingga ibadah yang seharusnya haknya fisik ini, ditanggungkan kepada hati, maka sama seperti seorang mengenakan masker di hati. Artinya itu kekonyolan abad 21.

Saat ayat tentang perintah jilbab turun, para kaum wanita di kalangan sahabat wanita, langsung bergegas menutupi rambut kepala mereka.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri Orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 29)

Ibunda Aisyah radhiyallahu’anha menceritakan,

يَرْحَمُ اللَّهُ نِسَاءَ الْمُهَاجِرَاتِ الْأُوَلَ لَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ ( وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ ) : شَقَّقْنَ مُرُوطَهُنَّ فَاخْتَمَرْنَ بِهَا

Semoga Allah merahmati para wanita dari kaum Muhajirin. Ketika turun ayat “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” mereka bergegas merobek jarik/sarung mereka, kemudian mereka berkerudung dengan kain sobekan itu. (HR. Bukhori)

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran :

  • Tingginya iman dan takwanya para sahabat. Mereka bergegas mentaati perintah Allah tanpa banyak alasan atau berlagak ‘bijak’.
  • Fungsi jilbab untuk menutupi aurat bukan menutupi hati. Sebagaimana fungsi masker untuk menutupi hidung bukan menutupi hati.
  • Wanita yang memakai jilbab di hati, tetap dihukumi berdosa, sebagaimana orang yang memakai masker di hati, tetap rentan terkena virus corona.

Semoga dapat mencerahkan sahabat.

Sekian…

Wallahua’lam bis showab.

Hamalatul Quran Yogyakarta, 23 Rajab 1441 H


 

Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here