Pendahuluan

Bismillah

Allah memerintahkan kita untuk memikirkan alam yang ada disekitar kita, untuk menemukan tanda keberadaanNya dan kebesaranNya.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّـهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.  (QS. Al-Baqarah : 164)

Ini menunjukkan, kita diperintah menyembahNya, bukan didorong asas pemaksaan, tapi asas kesadaran. Saat manusia telah mengenali kemaha dahsyatan Allah, bahwa Dialah yang mencipta, mengatur, menguasai, menyayangi semesta (rububiyah), dengan ilmu, hikmah dan kasih sayang yang maha sempurna, naluri dan akal sehatnya akan menggandeng untuk menyembahNya.

Metode inilah yang kita dapati dalam Al Quran, saat menyampaikan perintah untuk menyembah Allah, manusia diajak berfikir tentang keagunganNya, kemudian setelah itu diajak untuk menyembahNya. Seperti contohnya ayat di atas, dan masih banyak ayat lagi.

Oleh karenanya, agama ini yang sangat menghargai akal sehat.

Berbeda dengan penyembah selain Allah, seringkali mereka harus membuang jauh-jauh akal sehatnya, kekuatan nalarnya, hasrat kritisnya, agar mereka tetap bisa bertahan bersama tuhan yang mereka sembah selain Allah.

Coba bayangkan, akal mana yang bisa mengakui, patung yang dibuat manusia, dicet, dipilok, dibakar oleh penyembahnya, lalu diyakini sebagai tuhan?! Bahkan ada yang menganggap binatang sebagai tuhan. Lihatlah, betapa kesyirikan itu tindakan yang sangat menzolimi akal sehat.

Adapun Islam, tak akan diteriman kecuali oleh orang-orang yang berakal. Kita perhatikan ayat di atas, setelah Allah menerangkan tentang tanda-tanda kebesaranNya, berupa penciptaan langit, bumi, siang, malam dst, pada penghujung ayat Allah mengatakan,

لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.

Dan juga ayat ini,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran : 190)

Menunjukkan bahwa, agama ini hanya ditangkap oleh orang-orang yang mensyukuri akal sehatnya.

Di dalam ilmu akidah, hal-hal yang disebutkan pada ayat-ayat di atas, disebut sebagai tauhid rububiyah, yaitu mengesakan Allah pada perbuatan Allah, seperti mencipta, memberi rizki, mengatur alam semesta dll. Kemudian para ulama menerangkan, bahwa tauhid rububiyah adalah wasilah menuju inti tauhid, yaitu tauhid uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam penyembahan.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menerangkan,

فإن أول ما يتعلق القلب يتعلق بتوحيد الربوبية، ثم يرتقي إلى توحيد الإلهية، كما يدعو الله سبحانه عباده في كتابه بهذا النوع من التوحيد إلى النوع الآخر، ويحتج عليهم به, ويقررهم به، ثم يخبر أنهم ينقضونه بشركهم به في الإلهية

Pesan pertama yang berkaitan dengan hati, adalah tauhid rububiyah. Kemudian setelah manusia mengenal tauhid rububiyah, manusia akan naik mengenali tauhid uluhiyah. Metode ini telah Allah lakukan  dalam kitab suciNya. Dia mengajak untuk mentauhidkanNya (uluhiyah) melalui jenis tauhid yang lain (rububiyah). Tauhid rububiyah itulah dijadikan hujah atas manusia, mereka diajak untuk memgakui ketuhananNya melalui tauhid rububiyah, kemudian Allah juga membantah tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, dengan tauhid ini. (lihat : Madarijus Salikin, hal. 283)

Sehingga seorang yang telah mengenali tanda-tanda ketuhanan Allah, kemudian tidak menyembahNya, ia telah berbohong pada naluri dan akal sehatnya. Seperti yang dilakukan orang-orang kafir Qurais. Mereka meyakini Allah pencipta langit dan bumi, tapi mereka tidak mau menyembahNya.

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّـهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).  (QS. Al-Ankabut : 61)

Orang-orang kafir quraisy itu, tidak peka menangkap pesan ilahi dibalik tanda kebesaran Allah di semesta ini. Ini menunjukkan, siapa yang berperangai sama, yaitu tak peka menangkap pesan Allah di balik makhlukNya yang sangat dahsyat, telah menyerupai (tasyabbuh) dengan kaum musyrikin itu.

Salahsatu tanda kebesaran Allah yang saat ini sedang meramaikan dunia, adalah virus corona. Mari kita kupas beberapa pesan iman di balik virus ini :

Pertama, Corona dan tuhannya orang-orang musyrik.

Kedua, maskeri saja hatimu.

Ketiga, Corona dan kesombongan.

Keempat, ilmu Itu menenangkan, bodoh itu menegangkan.

Kelima, Corona dan sinyal kasih sayang Allah.

Insyaallah, satu persatu pesan di atas, akan kami kupas pada artikel – artikel berikutnya. Ikuti serial tulisan “Pesan Iman dari Corona”, di Thehumairo.com.

 

Referensi :

• Ibnu Qayyim, Muhammad bin Bakr Al-Jauziyah. Madarijus Saalikin Baina Manaazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin. Tahqiq : Abdulaziz bin Nashir Al-Jalil. Cetakan pertama 1423. Riyadh – KSA : Dar Thoyyibah.

Hamalatul Quran Yogyakarta, 21 Rajab 1441 H


 

Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Prove your humanity: 2   +   4   =