Bismillah…
Dua-duanya adalah ibadah. Kaidah yang menjadi pegangan, saat terjadi pertemuan beberapa ibadah dalam waktu yang sama adalah,
الجمع أولى من الترجيح
Mengumpulkan lebih utama daripada memilih salahsatu (selama ini memungkinkan).
Sholat maghrib di awal waktu adalah ibadah. Menyegerakan berbuka puasa, juga ibadah.
Tentang sholat maghrib di awal waktu, ada hadis yang menerangkan pahalanya,
“Ibadah apakah yang paling afdhol?” Tanya sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu.
Nabi ﷺ menjawab,
الصلاة على وقتها
Sholat pada waktunya. (Muttafaqun ‘alaih)
Diterangkan oleh riwayat lain,
في أول وقتها
Yaitu sholat di awal waktunya. (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim)
Adapun tentang keutamaan menyegerakan berbuka, Nabi ﷺ menjelaskan,
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Manusia senantiasa berada dalam kebaikan, selama menyegerakan buka. (HR. Bukhari dan Muslim)
Cara yang dapat membantu kita bisa mengumpulkan atau melakukan kedua ibadah ini, itulah yang kita pilih. Itu lebih utama daripada hanya memilih salahsatu.
Bagaimana Caranya?
Yaitu dengan mengamalkan hadis ini :
Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu mengkisahkan,
” كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ، فَعَلَى تَمَرَاتٍ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ “
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu biasa berbuka dengan beberapa butir ruthob (kurma muda) sebelum shalat, jika tidak ada ruthob maka dengan beberapa kurma masak, jika tidak ada juga maka meneguk beberapa tegukan air”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dengan berbuka dengan makanan ringan terlebih dahulu; yaitu kurma atau air putih, maka kita dapat meraih ganjaran kedua ibadah di atas insyaallah
Bahkan dengan cara yang dijelaskan pada hadis di atas, kita bisa mendapatkan tiga pahala ibadah sekaligus :
1. Pahala menyegerakan buka
2. Pahala mengerjakan sholat maghrib di awal waktu.
3. Pahala berbuka dengan kurma dan air putih, karena telah mencontoh Nabi ﷺ dalam berbuka.
Jadi, ta’jil atau buka puasa, tidak harus dengan makanan berat. Cukup dengan menyantap makanan ringan, seperti kurma dan air putih, sekadar dapat menghilangkan dahaga dan lapar. Nanti setelah sholat maghrib, baru kita menyantap hidangan buka yang berat secukupnya.
Bagaimana dengan hadis ini?
لا صلاة بحضرة الطعام ، ولا وهو يدافعه الأخبثان
Tak ada sholat saat makanan telah terhidang, atau saat seorang menahan kentut dan kencing. (HR. Muslim)
Serta hadis,
إذا حضر العشاء وأقيمت الصلاة فابدءوا بالعشاء
Jika hidangan makan malam telah disuguhkan sementara iqomah isya telah dikumandangkan, maka mulailah dengan makan malam terlebih dahulu. (HR. Tirmidzi)
Maka jawabannya adalah :
Yang mendasari (illat) adanya anjuran makan terlebih dahulu saat makanan sudah dihidangkan, adalah agar pikiran tidak disibukkan oleh makanan sehingga sholat lebih mudah khusyu’. Ada sebuah kaidah fikih mengatakan,
الحكم يدور مع علته وجودا و عدما
Berlaku tidaknya hukum tergantung dari ada atau tidaknya illat hukum.
Pada hadis di atas diterangkan:
Kekhusyu’an pikiran ketika sholat, adalah illat hukumnya; sebagaimana diterangkan oleh para ulama. Hal ini bisa terbayarkan dengan berbuka puasa ringan terlebih dahulu secukupnya, sampai perut terisi, lapar dan dahaga, hilang. Sehingga dengan demikian, hukum berupa anjuran mendahulukan makan daripada sholat, sudah tercapai atau tidak lagi berlaku.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,
” ولهذا إذا علَّق الشارع حكمًا بسبب أو علة زال ذلك الحكم بزوالها، كالخمر علق بها حكم التنجيس، ووجوب الحد لوصف الإسكار . فإذا زال عنها وصارت خلًا زال الحكم.
Apabila syariat mengaitkan suatu hukum dengan sebab atau illat tertentu. Hukum bisa hilang dengan hilangnya sebab atau illat tersebut.
Seperti khamr, melekat padanya hukum najis serta wajibnya hukuman had bagi peminumnya, karena pada khamr terdapat sifat/illat “memabukkan”. Apabila sifat/illat ini hilang, tidak lagi disebut khomr, ia telah berubah menjadi cuka, sehingga hukum di atas berupa najis dan hukuman hadpun hilang.
Kemudian Imam Ibnul Qayyim menjelaskan contoh lain,
وكذلك السفه والصغر والجنون والإغماء : تزول الأحكام المعلقة عليها بزوالها. والشريعة مبنية على هذه القاعدة
Sama juga seperti orang yang kurang akal, anak kecil, gila, pingsan, segala hukum yang berkaitan dengan mereka, hilang di saat illat berupa status-status tersebut hilang. Dan syari’at kita, dibangun oleh kaidah ini. (I’lamul Muwaqqi’in 5/528)
Sekian, wallahua’lam bis showab.
Selamat berbuka puasa dan mengamalkan tulisan ini….
Semoga Allah menerima puasa dan amal sholih kita di bulan yang penuh berkah ini, serta di bulan-bulan yang lain.
Baca juga:
Hamalatul Quran Yogyakarta, 3 Ramadhan 1441 H
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com