#DiRumahAja . . .
Bismillah.
Tak terasa wabah corona telah mencuri konsentrasi kita untuk bersiap berjumpa bulan yang penuh berkah, Ramadhan. Tak sampai satu bulan lagi kita insyaallah akan bertemu dengan tamu yang mulia itu.
Kita menyadari bahwa COVID-19 adalah musibah. Dunia digemparkan oleh virus ini setelah WHO menetapkannya sebagai pandemi global. Namun, tersimpan hikmah di balik semua takdir Allah. Diantaranya, dengan adanya wabah corona, menuntut masyarakat memperbanyak kegiatan di rumah. Pemerintah dan para ulama juga satu nada menghimbau masyarakat untuk berdiam diri di rumah. Demi mencegah penyebaran virus Corona.
Maka dengan diamnya kita di rumah, mengurangi keluyuran yang tidak mendesak, ada banyak berkah yang kita dapat, diantaranya :
[1] pahala taat kepada Ulil Amri.
[2] pahala berbuat baik kepada diri dan orang lain.
Karena dengan berdiamnya kita di rumah, kita telah ikut andil menahan persebaran virus mematikan ini.
[3] banyak waktu untuk ibadah.
Sehingga kita bisa lebih matang bersiap bertemu Ramadhan.
Mari berusaha berprasangka baik kepada Allah. Karena semua keputusaNya adalah baik. TakdirNya adalah hikmah. RahmadNya sangat luas dan lembut mengharukan. Boleh jadi adanya wabah ini, agar kita bisa lebih maksimal bersiap bertemu bulan yang mulia itu. Sehingga, saat musim ibadah itu tiba, kita dapat meraih keberkahannya, ampunannya, pintu surga yang dibuka lebar, lailatul qadarnya dan gelar takwa.
Karena gagal di bulan ini, mengerikan akibatnya. Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ ».
“Celaka seseorang yang disebut namaku di sisinya, lalu dia tidak bershalawat atasku. Dan celaka seseorang yang berjumpa bulan Ramadhan, kemudian bulan tersebut berlalu, namun dosa-dosanya belum diampuni. Dan celaka seseorang yang mendapati kedua orangtuanya sudah tua, namun keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga”. (HR. Tirmidzi)
Dahulu para Salafus Sholih, sudah biasa me-lockdown diri tidak melakukan aktivitas duniawi, begitu berjumpa dengan bulan Sya’ban. Imam Amr bin Qais rahimahullah bila memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup toko beliau (cuti dagang), kemudian beliau banyak mengisi hari-hari beliau dengan membaca Al-Qur’an.
Sekarang, di saat pandemi Corona seperti ini, Allah telah mudahkan kita untuk meniru kebiasaan orang-orang sholih tersebut.
Alhamdulillah ala kulli haal..
Sya’ban, Saatnya Bersiap
Abu Bakar al Balkhi rahimahullah mengatakan,
شهر رجب شهر الزرع، وشهر شعبان شهر سقي الزرع، وشهر رمضان شهر حصاد الزرع
“Bulan Rajab adalah bulan Menanam, Bulan Sya’ban adalah bulan untuk mengairi tananam, sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan Memanen (pahala).”
Ramadhan bukan lagi momentum untuk pemanasan.Tapi saatnya bertarung menggapai kemenangan. Sya’ban adalah kesempatan menyiapkan bekal untuk bertempur. Siap-siap ilmu, siap-siap membiasakan diri untuk giat ibadah. Begitu berjumpa ramadhan, ilmu sudah siap, ibadahpun sudah terbiasa giat. Kita harus sukses di ramadhan ini. Bertemu hari raya, dalam kondisi bersih dari dosa.
Aaamiin…
Apa yang Harus Disiapkan?
Kita siapkan ibadah-ibadah yang biasa kita andalkan nanti di bulan ramadhan. Seperti, latihan puasa, sholat malam, sedekah, tadarus Al-Qur’an, taubat, memperbanyak dzikir, menuntut ilmu dll.
Nabi shalallahu alaihi wa sallam telah memberi keteladanan kepada dalam hal ini. Sebagaimana dikisahkan oleh sahabat Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi : Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau sering berpuasa dalam satu bulan kecuali di bulan Sya’ban?”
ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين ، فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم
“Sya’ban ini, “jawab Nabi. “adalah bulan yang sering dilalaikan orang. Letaknya antara bulan Rajab dan Ramadan. Padahal Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan yang mengatur semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam kondisi puasa.”
Hadis ini sepatutnya membekas pada sanubari kita. Dan memecut semangat kita untuk mengisi Sya’ban ini dengan Ilmu dan amal. Karena ternyata Sya’ban adalah bulan yang sangat istimewa. Amalan kita dalam satu tahun, dilaporkan kepada Allah, di bulan ini.
Imam Ibnu Rojab Al-Hambali rahimahullah menjelaskan,
وفيه: دليل على استحباب عمارة أوقات غفلة الناس بالطاعة، وأن ذلك محبوب لله عز وجل، كما كان طائفة من السلف يستحبون إحياء ما نين العشائين بالصلاة، ويقولون : هي ساعة غفلة
Hadis ini dalil anjuran mengisi waktu yang sering diabaikan dengan amalan ibadah. Dan mengisi waktu yang diabaikan dengan aktivitas ibadah adalah dicintai oleh Allah ‘azza wajalla. Sebagaimana dilakukan oleh para ulama salaf dahulu, mereka mengisi antara Maghrib dan Isya dengan sholat sunah. Ketika ditanya alasan mereka menjawab, “Ini adalah waktu yang sering diabaikan manusia.” (Latho-iful Ma’arif hal. 251)
Terutama Latihan Puasa
Ibnu Rajab rahimahullah menerangkan,
قيل في صوم شعبان أن صيامه كالتمرين على صيام رمضان لئلا يدخل في صوم رمضان على مشقة وكلفة، بل يكون قد تمرن على الصيام واعتاده ووجد بصيام شعبان قبله حلاوة الصيام ولذته فيدخل في صيام رمضان بقوة ونشاط.
“Ada ulama yang berpandangan, bahwa puasa Nabi ﷺ di bulan Sya’ban, bertujuan untuk latihan sebelum menjalani puasa ramadhan. Supaya berjumpa ramadhan tidak dengan rasa berat. Dia telah berlatih puasa dan dia telah merasakan kelezatan dan manisnya puasa Sya’ban di hatinya. Sehingga memasuki Ramadhan dengan penuh kekuatan dan semangat. (Dikutip dari: Nida’ ar Royyan 1/479)
Puasa hanyalah salahsatu dari berbagai ibadah yang mewarnai bulan Ramadhan. Ada ibadah-ibadah lain yang diperintahkan untuk giat dikerjakan di bulan yang berkah itu. Seperti sedekah, sholat malam, tadarus Al Qur’an dll. Sehingga begitu berjumpa ramadhan, kita sudah ringan berpuasa, ringan bersedekah, ringan sholat malam, ringan baca Qur’an.
Karena sebaik-baik bekal bertemu ramadhan, hanya satu kata saja, yaitu takwa. Allah berfirman,
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ
Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (QS. Al-Baqarah : 197).
Wallahua’lam bis showab.
Sekian…
Hamalatul Quran Yogyakarta, 2 Sya’ban 1441 H
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com