Allah Di Atas Langit Hanya Keyakinan ‘Wahabi’?

Bismillah

Wahabi yang dimaksud biasa merujuk pada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, yang hidup antara tahun 1115 – 1206 Hijriyah. Sebagai sanggahan atas dugaan ini, berikut kami nukilkan pernyataan para ulama besar, yang hidup jauh sebelum masanya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Menunjukkan bahwa keyakinan ini, bukan prodak keyakinan aliran Wahabi, namun inilah keyakinan para Salafussholih.

Sebelum melanjutkan, ada ulasan menarik dari penulis tentang fakta Wahabi di sini :  Ada Apa dengan Wahabi?

673 – 748 H : Imam Adz- Dzahabi

223 – 311 H : Imam Ibnu Khuzaimah

164 – 241 H : Imam Ahmad bin Hambal

150 – 204 H : Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i

93 – 179 H : Imam Malik bin Anas

80 – 150 H : Imam Abu Hanifah

Sebelum ulama empat mazhab sudah ada pendukung dari perkataan tabi’in, sahabat nabi, bahwa Rasul shallallahu’alaihi wasallam, serta dari kitab suci Al-Qur’an yang mendukung akidah Allah di atas langit.

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah ketika mengawali kitab Al-Arsy beliau berkata,

فصل
الدليل على أن الله تعالى فوق العرش فوق المخلوقات مباين لها ليس بداخل في شيء منها على أن علمه في كل مكان : الكتاب والسنة وإجماع الصحابة و التابعين والأئمة المهديين

“Pasal : Ini adalah dalil bahwa Allah itu di atas Arsy, Allah di atas seluruh makhluk, Allah terpisah dari makhluk-makhlukNya, Allah tidak masuk dalam satupun makhlukNya, sedangkan ilmu Allah di setiap tempat. Dalil-dalil ini berasal dari Al-Qur’an, As-Sunnah, ijmak sahabat, perkataan tabi’in dan pendapat para Imam yang mendapatkan petunjuk.” (Kitab Al-Arsy, 2/5)

Kemudian keterangan dari Imam Ibnu Khuzaimah tentang Allah di atas :

منام يقر بأن الله على عرشه استوى فوق سبع سماواته بائن من خلقه فهو كافر يستتاب فإن تاب وإلا ضربت عنقه وألقي على مزبلة لئلا يتأذى بريحته أهل القبلة وأهل الذمة

“Siapa yang tidak meyakini keberadaan Allah di atas Arsy dan Dia ber-istiwa (menetap tinggi) di atas langit yang tujuh, terpisah dari makhlukNya, maka ia kafir dan dimintai taubat. Jika ia tidak mau bertaubat, maka dipenggal lehernya dan jasadnya dibuang ke tempat sampah. Supaya baunya tidak menggangu ahlul kiblat (kaum muslimin) dan ahlul dzimmah (non muslim).”

Ibnu Khuzaimah adalah ulama terkemuka dalam ilmu hadis dan juga fikih. Beliau diantara dai Ahlussunah dan ulama yang konsisten dalam penetapan nama dan sifat Allah. Beliau memiliki kedudukan terhormat di Khurasan. Ibnu Khuzaimah mengambil fikih dari Muzani -murid Imam Syafi’i- dan mendengar ilmu dari Ali bin Hajr dan ulama semasanya. Beliau meninggal dunia dalam usia 80 – an. (Lihat : Al-‘Uluw li ‘Aliyyil Ghoffar hal. 207 dan Mukhtashor Al-‘Uluw hal. 225 – 226)

Pernyataan Imam Empat Mazhab
  • Imam Abu Hanifah rahimahullah

Didalam kitab beliau berjudul Fiqih Akbar, beliau menyatakan,

من أنكر أن الله تعالى في السماء فقد كفر

“Siapa yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, maka ia kafir.” (Lihat : Itabatu Shifatul ‘Uluw, karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi hal. 116 – 117)

  • Imam Malik bin Anas; Imam darul hijrah meyakini Allah di atas langit.

Dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal, ketika membantah paham Jahmiyah, ia mengatakan bahwa Imam Ahmad mengatakan dari Syuraih bin An-Nu’man, dari Abdullah bin Nafi’, ia berkata,

الله في السماء وعلمه في كل مكان لا يخلو منه شيء

“Allah berada di atas langit. Sedangkan ilmuNya berada di mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas dari ilmuNya.” (Lihat : Al-‘Uluw Li ‘Aliyyil Ghoffar, Adz-Dzahabi, hal. 135 – 136)

  • Imam Syafi’i yang menjadi rujukan mayoritas kaum muslimin di Indonesia dalam masalah fikih, meyakini Allah berada di atas langit.

Syaikhul Islam berkata bahwa telah mengabarkan kepada kami Abu Ya’la Al-Kholil bin Abdullah Al-Hafidz, beliau berkata, bahwa telah memberitahu kami Abul Qosim bin Al-Qomah Al-Abhari, beliau berkata bahwa Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Roziyah telah memberitahu kami, dari Abu Syu’aib dan Abu Tsaur dari Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (yang terkenal dengan Imam Syafi’i), beliau berkata,

القول في السنة التي أنا عليها ورأيت أصحابنا عليها أصحاب الحديث الذين رأيتهم مثل سفيان ومالك وغيرهما الإقرار بشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ثم قال وأن الله على عرشه في سمائه يقرب من خلقه كيف شاء وأن الله تعالى ينزل إلى السماء الدنيا كيف شاء وذكر سائر الاعتقاد

“Perkataan dalam As-Sunnah yang aku dan pengikutku serta pakar hadits meyakininya, yang aku pandang dan mengambil dari mereka, seperti Sufyan, Malik dan selainnya, “Kami mengakui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. Kamipun mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Lalu Imam Syafi’i mengatakan, “Sesungguhnya Allah berada di atas Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya. Tetapi walaupun begitu, Allah dekat dengan makhluk-Nya, sesuai kehendakNya.” Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keyakinan (i’tiqod) lainnya.” (Lihat : Itabatu Shifatul ‘Uluw, hal. 123 – 124)

Demikian pula, Imam Syafi’i menyebutkan hadis Mu’awiyah bin Hakam As-Sulami tentang pertanyaan Rasulullah kepada seorang budak wanita, sebagai dalil dalam satu bab kitab Al-Umm, ketika membahas memerdekakan budak. (Lihat : Al-Umm karya Imam Syafi’i, 5/298, Maktabah Syamilah)

Hal ini menunjukkan bahwa Imam Syafi’i meyakini kandungan hadis tersebut berupa penetapan sifat Al-‘Uluw (maha tinggi) bagi Allah ta’ala.

  • Imam Ahmad bin Hambal meyakini Allah bukan di mana-mana, tetapi di atas Arsy.

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya,

ما معنى قوله “وهو معكم أينما كنتم”
“وما يكون من نجوى ثلاثة إلا هو رابعهم”؟

“Apa makna firman Allah :
Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.
– Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah Allah keempatnya?”

Imam Ahmad menjawab,

قال : علمه عالم الغيب و الشهادة، وعلمه محيط بكل شيء شاهد علام الغيوب يعلم الغيب ربنا على العرش بلا حد ولا صفه وسع كرسيه السماوات والارض

“Yang dimaksud kebersamaan tersebut adalah ilmu Allah. Allah mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu yang tampak dan yang tersembunyi. Namun, Rabb kita tetap menetap tinggi di atas Arsy, tanpa dibatasi dengan ruang, tanpa dibatasi dengan bentuk. KursiNya meliputi langit dan bumi.”

Demikian…

Wallahul muwaffiq.

***

Penulis nukil dan ringkas dengan penyesuaian redaksi, dari buku berjudul “Jawaban Cerdas Di Manakah Allah?“. Karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dan Ustadz Mohamad Saifudin Hakim -hafidzohumallah-

Yogyakarta, 3 Muharram 1442 H


Disusun oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here