Camping, Mengajarkan Tentang Dunia
Bismillah…
Sebenarnya banyak hikmah yang bisa kita rasakan dari alam di sekitar kita. Buktinya, di Al-Qur’an Allah sering mengajak kita untuk berfikir mentadaburi alam, agar kita dapat merasakan keagungan, kekuasaan dan keberadaanNya.
Allah ta’ala mengatakan,
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلۡفُلۡكِ ٱلَّتِي تَجۡرِي فِي ٱلۡبَحۡرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٖ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٖ وَتَصۡرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلۡمُسَخَّرِ بَيۡنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (QS. Al-Baqarah : 164)
Salahsatunya adalah kegiatan camping. Ada pelajaran berharga dari kegiatan digandrungi anak-anak muda milenial ini.
Saat kita camping, kita pasang tenda. Sekedar melepas penatnya rutinitas sehari-hari. Yang namanya tenda camping yaa, pembaca tahu sendirilah. Dipasang untuk ditinggali sementara. Dan memang tidak layak untuk ditempati lama, sebulan, satu tahun apalagi seumur hidup.
Orang-orang yang camping, sadar bahwa mereka di tempat itu hanya sementara. Mungkin hanya 1 sampai 3 hari. Dan di beberapa tempat wisata camping di masa pademi ini, memberikan aturan durasi. Seandainya ada pengunjung yang melebihi batas waktu yang ditetapkan dalam peraturan, akan diingatkan. Jika masih ngotot bisa kena teguran. Masih ngotot bisa dapat teguran keras bahkan bisa diusir. Artinya, jika ia memaksa untuk tinggal melebihi durasi yang telah ditetapkan, ia ngga akan tenang hidupnya di tenda itu atau di lingkungan itu. Ngga akan bahagia.
Kalaupun tak ada aturan durasi; karena memang tidak semua tempat menerapkan aturan tersebut, orang yang memaksakan diri untuk tinggal di tenda dalam waktu yang lama; sebulan, setahun, sepuluh tahun, seumur hidupnya barangkali, tetap ia tidak akan merasa nyaman dan bahagia. Karena tak lama tendanya akan lapuk, terkena dinginnya air hujan dan panasnya matahari.
- Baca juga : Lelah yang Nikmat
Sama sebenarnya dengan kehidupan dunia ini. Nabi shalallahu alaihi wa sallam permisalkan dunia adalah, tempat bersinggah saja. Tidak lebih.
Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata,
أخذ رسول الله صلى الله عليه و سلم بمنكبي فقال
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda,
كن في الدنيا كأنك غريب، أو عابر سبيل
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” (HR. Bukhori)
Namanya orang singgah, sebentar. Ada tempat yang akan dia tuju. Seluruh perhatian, tenaga, pikiran dan hartanya, terfokus untuk bagaimana caranya saya bisa sampai ke tempat tujuan.
Artinya begini, orang yang menyikapi hidup di dunia ini seakan hidup selamanya, dia lupakan akhirat atau acuh dengan akhirat, hidupnya -demi Allah- tak akan tenang. Karena sama saja dia memaksa diri untuk lepas dari aturan. Aturan siapa? Ya aturan Allah azza wa jalla, Tuhan yang telah menciptakannya dan seluruh jagad raya ini.
Sama tak bahagianya dengan orang memaksa diri camping di luar batas waktu, yang sudah menjadi peraturan. Diusir, diumpat, dimarahi petugas. Dia tidak akan nyaman dengan suasana seperti itu.
Sama tak bahagianya dengan orang memaksa diri tinggal di tenda dalam waktu yang sangat lama. Tak akan nyaman. Tendanya akan rusak dimakan waktu. Dia kedinginan di saat hujan atau malam hari, dan kepanasan di bawah terik matahari.
Allah sudah mengingatkan, hidup di dunia tanpa patuh dengan aturan pencipta dunia dan seluruh jagad ini, tak akan bahagia.
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ
Siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha : 124)
Apalagi dunia, tak seindah alam camping. Dunia ini adalah tempat hukuman untuk ayah manusia, Nabi Adam alaihissallam. Beliau harus keluar dari alam Surga, kemudian di tempatkan sementara di dunia untuk menjalani hukuman. Jiwa atau nurani mana, yang betah dan berlama-lama tinggal di tempat hukuman?! Tak ada jiwa atau nurani bersih yang nyaman tinggal di tempat seperti ini.
Allah seringkali hadirkan masalah dalam hidup kita. Agar kita ingat dengan kampung tujuan kita, kampung akhirat. Agar kita tidak betah berlama-lama tinggal di dunia yang rendah ini.
Wallahul muwaffiq.
@Diselesaikan di : Pondok Pesantren Hamalatul Quran, Jogjakarta, 11 Shafar 1442 H
Ditulis oleh : Ahmad Anshori (Pengasuh Thehumairo)
Artikel : TheHumairo.com