Baca pembahasan sebelumnya: Meyakini Allah Pencipta, Pemberi Rizki, Belum Cukup Dikatakan Bertauhid
Bismillah…
CATATAN NGAJI QOWAIDUL ARBA’ (#8)
Kaidah kedua :
أنّهم يقولون: ما دعوناهم وتوجّهنا إليهم إلا لطلب القُرْبة والشفاعة،
فدليل القُربة قوله تعالى: {وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ}[الزمر:3].
ودليل الشفاعة قوله تعالى: {وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ}[يونس:18]،
Orang-orang musyrik itu beralasan “Tidaklah kami menyembah dan berdoa kepada tuhan-tuhan itu, kecuali untuk :
[1] mendekatkan diri kepada Allah
[2] mencari syafa’at.’
Dalil bahwa mereka berbuat syirik karena alasan mendekatkan diri kepada Allah (al-qurbah), adalah firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
‘Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.’ (Az-Zumar: 3) (1)
Dan dalil bahwa mereka berbuat syirik untuk mengharap syafa’at, adalah firman Allah Ta’ala,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. (Yunus: 18)
Penjelasan
Orang-orang musyrik berdalih, bahwa mereka tidak menyembah dan berdoa kepada sesembahan mereka yang bathil, kecuali untuk kepentingan mendekatkan diri kepada Allah dan mencari syafa’at (perantara untuk dekat dengan Allah) dari sesembahan itu.
Mereka berdalih dengan alasan tersebut, karena tidak ingin disebut dengan orang musyrik. Begitupula dengan orang kafir.
Contoh :
Sempat viral di media social, bahwa ada orang non-muslim yang tidak suka dirinya disebut dengan “kafir”. Maka ini bisa menjadi indikasi bahwa islam itu agama fitroh, buktinya mereka tidak suka dikatakan seperti itu, padahal hakikat kekafiran atau kesyirikan itu ada pada diri mereka. Hal ini menunjukkan bahwa :
– mereka tidak yakin dengan keyakinan mereka sendiri
– dan fitroh mereka mengingkari hal tersebut.
Analogi (qiyas) yang Rusak
Orang – orang musyrik menganalogikana apa yang mereka lakukan itu seperti meminta sesuatu kepada makhluk. Kalau kita mau meminta kepada presiden, maka harus lewat dulu perantara orang dibawahnya Sekretaris negara misalnya, penanggung jawab rumah tangga istana atau semisalnya. Hal ini dibantah oleh firman Allah Ta’ala,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Berdoalah kepada-Ku (langsung), niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Ghafir :60)
Agama Dibangun Di atas Dalil, Bukan Sekedar Anggapan Baik
Mereka menyembah sesuatu yang sama sekali tak mampu mendatangkan manfaat untuk mereka dan mencegah bala’. Biasanya, manusia dalam berbisnis akan semangat mengejar yang jelas konkrit keuntungannya. Namun ini dalam penyembahan/keyakinan, sebagian orang ada rela berjuang mati-matian, menyembah sesembahan yang sama sekali tak dapat mendatangkan keuntungan, bahkan sekedar mencegah bahaya.
Mengapa bisa sebodoh ini?
Jawabannya adalah,
Pertama, karena beragama hanya bermodal anggapan baik, bukan di atas ilmu.
Mereka beranggapan bahwa, sesembahan tersebutlah yang menjadi penolong mereka di sisi Allah. Mereka mengatakan hal demikian tidak ada landasannya dalam al-quran maupun hadits. Hal ini menunjukkan sesatnya orang yang beragama dengan anggapan baik saja.
Kedua, tidak akan sah kemusyrikan seseorang melainkan ia harus mengorbankan akal sehatnya.
Coba bayangkan, orang yang menyembah patung. Patung tersebut tidak mampu melakukan apapun. Dicubit tak dapat membalas. Apalagi mengabulkan doa. Contoh lainnya, adalah, ada sebagian orang yang sesembahannya adalah sapi. Padahal kita tahu bersama, rendang sapi itu nikmat sekali. Masak tuhan bisa direndang dan tidak membalas?
Makanya sering kali Allah ketika menawarkan bertauhid, Allah ta’ala berfirman,
أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Maka apakah kamu tidak memahami?”
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran”
Maka pujilah Allah atas nikmat hidayah, untuk menyembah sebenar-sebenarnya Tuhan. Pengatur, pencipta, penguasa, penebar kasih sayang, semesta alam.
Sekian…
Wallahua’lam bis showab.
Referensi :
– Kitab Syarah Ushul Tsalatsah dan Qowaidul Arba’, karya Syaikh Haitsam bin Muhammad Jamil Sarhan.
– Faedah Kajian Qawaidul Arba’ bersama: Ust. Ahmad Anshori, Lc hafizhahullahu ta’ala.
– Buku Al-Qawa’id Al-Arba’ penerbit Media Tarbiyah
Baca Juga:
Dirangkum oleh Akhunal Fadhil : Andhika bin Qasim
Editor : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com
Barakallahufiik ustadz
Wafiik baarakallah…