Bismillah..
Dalam ilmu akhirat, amal adalah target utama dari perjuangan belajar kita. Tak boleh hanya sekedar mencerdaskan otak, tapi ilmu agama yang kita pelajari harus mencerdaskan amal dan akhlak kita. Ilmu yang tak membuahkan amal, menunjukkan perjuangan menuntut ilmu yang dia lalui selama ini, gagal, tak berbuah. Kata pepatah,
العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
“Ilmu tanpa amal, ibarat pohon tanpa buah.”
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah, saat menjelaskan hadis,
من يرد الله به خيرا يفقه في الدين
“Siapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya, maka akan Allah pahamkan tentang agama.” (HR. Bukhori dan Muslim)
beliau mengatakan,
وهذا اذا أريد بالفقه العلم المستلزم للعمل وأما ان أريد به مجرد العلم فلا يدل على أن من فقه في الدين فقد أريد به خيرا
“Keutamaan ini dapat diraih ketika belajar ilmu kemudian membuahkan amal. Adapun jika belajar ilmu tujuannya sebatas mengilmui/wawasan (tidak diamalkan), yang seperti itu tidak menunjukkan orang yang mempelajari agama berarti diinginkan kebaikan padanya.” (Miftah Dar As-Sa’adah 1/65)
Jadi, ilmu itu sarana untuk sampai pada amal yang benar. Bagaimana menghamba kepada Allah dengan benar, menemukan jalan ke surga, menjadi takwa kepada Allah.
Ilmu hanyalah sarana, sementara amal adalah tujuannya.
Beramal tanpa ilmu, sesat seperti orang-orang Nasrani. Berilmu tanpa amal dapat murka Allah, seperti orang-orang Yahudi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah,
من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود ومن فسد من عبادنا ففيه شبه من النصارى
“Bila ada ulama kita yang rusak, maka ia serupa dengan kaum Yahudi. Ahli ibadah kita yang rusak, maka ia serupa dengan kaum Nasrani.”
Karena ulama yang berilmu tanpa amal, akan rusak dan merusak, seperti orang-orang Yahudi. Demikian pula orang yang rajin beramal tanpa ilmu, juga rusak dan merusak dunia, sebagaimana kaum Nasrani dan banyak contoh lainnya.
Dunia ini rusak karena dua jenis manusia tersebut : bekerja tanpa ilmu, atau yang disebut sok tahu, asbun (asal bunyi). Dan berilmu yang malas berkarya, sehingga memunculkan kesombongan dan pelit berbagi.
Seorang tak akan bisa mempersembahkan penghambaan yang terbaik dan sempurna kepada Allah, kecuali dengan dua modal ini :
- Ilmu yang manfaat
- dan amal sholih.
Allah telah menyinggung dua kunci ini dalam firmanNya,
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) al-huda dan diinul haq.” (QS. At Taubah: 33).
Al-Huda, kata para ulama tafsir, maknanya adalah ilmu yang manfaat.
Sementara diinul haq maknanya adalah amal sholih.
Semoga dapat bermanfaat untuk teman – teman sekalian..
Wallahua’lam bis showab.
***
Referensi :
- Tsamaroh Al-Ilmi Al-Amal, karya Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al-‘Abbad –hafidzohumallah-.
Yogyakarta, Hamalatul Quran, 25 Robiul Awal 1441 H
Baca Juga:
Ditulis oleh : Ahmad Anshori
Artikel : TheHumairo.com