Bismillah

Kepedulian kita kepada kaum muslimin yang tertindas di Uighur, bukan hanya soal kemanusiaan. Tapi lebih dari itu, yaitu tentang empati iman. Meskipun cukup dengan kacamata kemanusiaan, seorang tanpa agamapun akan peduli. Ia tahu, bahwa itu adalah penindasan, perampasan dan kezaliman. Kita jangan sampai kalah manusiawi dengan mereka. Kaum muslimin di Uigur, adalah saudara se-iman kita. Mereka dengan kita seperti satu tubuh.

Nabi shallallahu’alaihi was sallam yang menggambarkan perumpaan indah ini,

مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد ؛ اذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى

Perumpamaan seorang mukmin dalam berkasihsayang di antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh merasa sakit, maka semua anggota tubuh lainnya akan ikut merasakannya, sampai tak dapat tidur dan demam.” (Muttafaq ‘alaih, hadits Nukman bin Bisyar)

Seakan iman kita membisikkan, derita muslim Uigur derita kita juga. Sungguh ironi jika ada orang muslim yang tak sakit, tak tersinggung, tak terkoyak-koyak perasaannya, saat menyaksikan penganiayaan orang-orang kafir kepada saudara kita di sana. Tidakkah kita mendengar sabda Nabi shallallahualaihi wa sallam?! Saat beliau mengabarkan bahwa cinta dan peduli kepada sesama muslim, bukan hanya bernilai sosial, tapi juga bernilai dari iman?!

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه

Tidak akan sempurna iman kalian, sampai kalian mencintai untuk saudaranya, kebaikan-kebaikan yang ia cintai untuk dirinya. (HR. Bukhori dan Muslim)

Dengan kata lain, membeci untuk saudaranya, keburukan-keburukan yang menimpa dirinya, adalah kesempurnaan iman.

Keindah agama ini juga terukir, dari prinsip yang ditanamkan kepada umatnya, bahwa iman dan cinta sesama muslim, adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لا تدخلون الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أوَلا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم

Kalian tidak akan bisa masuk surga sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku kabari, sebuah amalan yang jika kalian kerjakan kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkan salam di tengah-tengah kalian. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, setelah Nabi menjelaskan kaum muslimin itu satu tubuh dan cinta adalah bagian dari iman, maka saat seorang lemah empatinya kepada penderitaan kaum muslimin, itu adalah bukti lemahnya iman yang ada di dalam dadanya.

Syekh Kholid bin Utsman As Sabt -hafidzohullah- menerangkan poin di atas,

فكلما قوي الإيمان قوي الإحساس، وإذا ضعف الإيمان ضعف هذا الشعور والإحساس.

Semakin iman itu menguat, semakin kuat pula kepedulian seorang. Dan semakin melemahnya iman, semakin lemah pula kepedulian seorang.

(Dikutip dari situs resmi beliau : https://old.khaledalsabt.com/cnt/dros/1829)

Maka, ayo kita peduli kepada saudara kita di Uighur. Sebutlah mereka dalam doa-doa mustajab kita. Bantu mereka seada kemampuan yang Allah berikan kepada kita.

Ya Allah… Selamatkan saudara kami di Uighur, dari segala kezoliman dan penindasan.

Yogyakarta, Hamalatul Quran, 19 Rabiul Akhir 1441 H

Baca Juga:


Ditulis oleh : Ahmad Anshori

Artikel : TheHumairo.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here
Prove your humanity: 10   +   10   =